KOMPAS.com - Selama beberapa tahun terakhir, kita dibanjiri dengan cerita-ceritam menakutkan tentang bagaimana banyak hal, seperti vaksin dan vitamin jenis tertentu diduga dapat menyebabkan anak berisiko menderita autis. Sebenarnya, gangguan ini masih misteri.
Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, peneliti telah menghubungkan sejumlah keabnormalan gen dengan autis dan percaya bahwa perpaduan genetik dan lingkungan mungkin memainkan peran. Sejauh ini, ada tujuh hal yang telah dikesampingkan sebagai penyebab autis yakni:
1. Konsumsi Folat Kadar Normal
Folat sangat penting untuk perkembangan saraf bayi, tetapi penelitian baru dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health menunjukkan bahwa terlalu banyakfolat sama buruknya dengan mengonsumsi terlalu sedikit.
Para peneliti menemukan bahwa, asupan folat lebih dari empat kali dosis yang dianjurkan, akan menggandakan risiko anak terkena autisme. Dosis harian folat yang dianjurkan adalah 400 mikrogram untuk wanita usia subur.
2. Kebiasaan Makan
"Berdasarkan literatur saat ini, tidak ada bukti kuat untuk mendukung hubungan kausal antara pola makan dan autisme," kata Nicole Van Groningen M.D., internis di NYU Langone Medical Center.
Banyak orangtua menerapkan diet khusus (seperti makanan bebas gluten dan kasein) untuk membantu anak mereka yang autis, tapi ini tidak berarti bahwa autisme pada anak disebabkan oleh makanan berbahan dasar gandum atau susu.
3. Vaksin
Seluruh gerakan anti-vaksin itu dipicu oleh klaim "ilmiah" di akhir 1990-an yang telah sejak lama didiskreditkan. Meskipun demikian, legenda itu tetap hidup sampai sekarang.
Sebuah studi tahun 2011 oleh Institute of Medicine melaporkan delapan vaksin yang diberikan kepada anak-anak dan orang dewasa, sangat aman. Pada 203, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di AS (CDC) juga mengatakan bahwa vaksin tidak menyebabkan autisme.
4. Pola Asuh
Pada tahun 1950, ada kepercayaan populer bahwa ibu yang berkepribadian dingin akan menghasilan anak-anak autis.
Mitos ini telah dipatahkan pada awal tahun 1970-an, ketika konsensus ahli sepakat tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan bahwa gaya pengasuhan terkait dengan risiko autisme.
5. Faktor Lingkungan
Karena ada beberapa faktor genetik yang jelas terkait dengan autisme, tidak mungkin kita mengabaikan faktor lingkungan, seperti paparan polutan dan bahan kimia seperti pthalates, atau obat-obatan tertentu, sebagai salah satu hal pemicu autisme.
Namun, gen memainkan peran yang lebih besar. Misalnya, anak laki-laki empat kali lebih mungkin untuk mengembangkan autisme dibandingkan anak perempuan, dan keluarga yang memiliki satu anak dengan autisme akan memiliki risiko lebih besar memiliki anak lain dengan gangguan tersebut.
6. Konsumsi Antidepresan Selama Kehamilan
"Tahun lalu, studi observasional kecil telah menunjukkan hubungan antara penggunaan antidepresan (SSRI) selama kehamilan dengan risiko autisme," kata Van Groningen.
"Namun, penemuan ini belum disepakati dalam uji coba berikutnya." Sebuah studi di Denmark yang melibatkan lebih dari 600.000 kelahiran menemukan tidak ada hubungan antara autisme dengan penggunaan antidepresan selama kehamilan.
Peneliti memang menemukan ada peningkatan risiko yang sangat kecil, namun itu ditemukan pada wanita yang sebelum hamil minum antidepresan bukan saat mereka hamil," kata Van Groningen.
7. Membiarkan Anak Anda Menonton Televisi Terlalu Banyak
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal non-medis menemukan bahwa semakin banyak hujan di daerah tertentu, semakin sering pula anak-anak menonton TV dan langsung disimpulkan bahwa ini bisa meningkatkan risiko autis.
Para peneliti itu menemukan, bahwa di daerah di mana hujan lebih sering terjadi, ada lebih banyak kasus autisme. Mereka benar-benar melompat pada kesimpulan bahwa menonton TV menyebabkan autisme.
"Tidak ada bukti apapun untuk mendukung gagasan bahwa membiarkan anak sering menonton televisi mungkin bisa menyebabkan autisme," kata Van Groningen.
"Namun, setelah anak Anda didiagnosa autis, adalah ide yang baik untuk membatasi waktu menonton TV agar anak bisa lebih fokus pada kegiatan interaktif."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.