KOMPAS.com - Membayar perokok untuk berhenti merokok dan memberi mereka lebih banyak uang untuk berhenti merokok selamanya dinilai bisa menjadi cara efektif untuk mengurangi jumlah perokok di dunia, sebuah penelitian terbaru menunjukkan.
Untuk menguji kekuatan uang dalam memerangi kecanduan rokok, peneliti di Swiss menawarkan sekitar 800 orang perokok berpenghasilan rendah untuk melakukan panduan penghentian rokok.
Sebagian dari mereka berhak menerima uang sebanyak sebanyak 1.650 USD atau Rp21 juta jika pada enam tes laboratorium, menunjukkan mereka berhasil berhenti merokok dalam jangka waktu tertentu. Sebagian lagi, hanya diberikan motivasi untuk berhenti melalui sebuah fase rehabilitasi beberapa kali dalam seminggu.
Pembayaran tersebut dimulai dari angka 100 USD atau Rp1,3 juta jika peserta tes laboratorium diverifikasi tidak merokok selama satu minggu, dan secara bertahap meningkat menjadi 440 USD atau Rp5,8 juta, hingga tes terakhir.
Pada rentang waktu enam bulan, 36 persen peserta yang dibayar ditemukan berhasil berhenti merokok. Sedang kelompok yang hanya menjalankan rehabilitasi, hanya 6 persen yang berhasil berhenti merokok.
Satu tahun setelah pembayaran berakhir, sekitar 10 persen orang yang dibayar tadi, tetap memutuskan untuk berhenti merokok, dibandingkan kelompok rehabilitasi yang hanya berjumlah 4 persen.
"Uang kompensasi atas usaha berhenti merokok membuat perokok kemungkinan berhasil untuk berhenti," kata penulis utama studi Jean-Francois Etter, seorang peneliti kesehatan masyarakat di Universitas Jenewa.
Para peserta berusia sekitar 32 tahun pada awal penelitian dan rata-rata mulai merokok di sekitar usia 17 tahun. Mereka cenderung merokok sekitar 16 batang sehari. Sekitar satu dari lima peserta belum memiliki pekerjaan tetap dan sekitar 45 persen adalah mahasiswa.
Walau banyak peserta yang kembali merokok setelah pembayaran berakhir, namun jumlah peserta yang memutuskan untuk tetap berhenti merokok jumlahnya lebih banyak ketimbang peserta yang hanya menerima motivasi, para peneliti melaporkan dalam Journal of American College of Cardiology.
Bagaimanapun, penelitian telah menunjukkan bahwa insentif keuangan dapat membantu perokok untuk berhenti selamanya, Etter mengatakan melalui email.
Namun, temuan ini menunjukkan bahwa metode ini akan menelan biaya banyak untuk membuat satu orang perokok menyerah dengan kebiasaannya dalam jangka panjang, tulis Judith Prochaska dari Stanford University di California dalam sebuah editorial.
Ini mungkin sulit untuk diterapkan di dunia nyata, kecuali bagi orangtua yang ingin membayar anak-anak mereka untuk berhenti merokok. "Walau begitu, individu sebenarnya bisa membuat jenis intervensi untuk diri mereka sendiri." kata Prochaska.
“Ketimbang membeli rokok, seorang perokok bisa menghemat hingga Rp10 juta pertahun. Dan uang ini bisa bermanfaat."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.