Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ubi Jalar, Karbohidrat Kaya Gizi Pengganti Nasi

Kompas.com - 06/09/2016, 10:00 WIB

KOMPAS.com - Sebagai negara agraris dengan sumber daya alam melimpah, sumber utama karbohidrat orang Indonesia masih didominasi oleh beras. Padahal, banyak alternatif karbohidrat lain dengan kandungan gizi lebih tinggi.

Pangan lokal yang bisa dijadikan sumber karbohidrat selain beras adalah umbi-umbian. Sayangnya, konsumsi bahan pangan non-beras tersebut tiap tahun menunjukkan penurunan.

Data menunjukkan, terjadi pergeseran pola konsumsi pangan pokok di Indonesia. Pada tahun 1954, konsumsi beras mencapai 53,9 persen, umbi-umbian 22 persen, jagung 19 persen, dan kentang 5 persen.

Pada tahun 1987, konsumsi beras menjadi 81 persen, ubi kayu 10 persen, dan jagung 7,8 persen. Perubahan pola konsumsi terus berlanjut. Pada tahun 1999 konsumsi ubi tinggal 8,8 persen dan jagung 3,1 persen.

Pada tahun 2010, pangan non-beras (ubi, jagung, kentang), dalam konsumsi pangan di Indonesia hampir tidak ada.

"Terlalu bergantung pada satu komoditi berbahaya bagi ketahanan pangan," kata Prof.Ali Khomsan, Guru Besar Gizi Masyarakat dari Insitut Pertanian Bogor dalam temu media di Jakarta (5/9/2016).

Ali mengatakan, ubi jalar merupakan alternatif pangan yang kurang digarap. Padahal, ubi jalar khususnya ubi ungu, memiliki kandungan gizi, serat, dan antioksidan yang tinggi.

"Memang jika dibanding beras yang merupakan serelia, kandungan protein ubi rendah. Tapi, beras tidak punya betakaroten dan antioksidan yang berperan positif pada pemeliharaan kesehatan," paparnya.

Diversifikasi (penganekaragaman) pangan, menurut Ali, merupakan salah satu pilar utama dalam upaya penurunan masalah gizi. "Semakin beragam makanan yang dikonsumsi, makin lengkap zat gizi yang diperoleh tubuh," katanya.

Konsumsi beras orang Indonesia lebih tinggi pada masyarakat dari golongan ekonomi menengah ke bawah yang mencapai 130 kilogram per kapita pertahun. Masyarakat terbiasa makan tiga kali sehari dengan nasi.

"Pada masyarakat menengah ke atas, konsumsi berasnya hanya 90 kilogram per kapita pertahun. Jadi, makin makmur ekonominya, pilihan makanannya lebih banyak sehingga tidak selalu makan nasi," kata Ali.

Umbi-umbian bisa menjadi pengganti karbohidrat non-besar. Masyarakat juga dapat mengolahnya menjadi berbagai jenis panganan, baik dikukus, rebus, panggang, atau dikeringkan menjadi tepung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau