Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/10/2016, 19:17 WIB

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tifus dan Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala khas yang sama, yakni demam tinggi selama berhari-hari. Tak heran masih banyak yang keliru mengganggap tipus adalah dbd, demikian pula sebaliknya.

Desi (22), mengaku mengalami demam disertai sakit kepala. Panasnya hilang timbul. Awalnya, ia menyangka dirinya terkena tifus. Sebab pemeriksaan sebelumnya, dengan gejala yang sama, mengindikasikan dirinya terkena penyakit tifus.

Itu sebabnya Desi tak menyangka dirinya terkena DBD dan mencoba mengobati dirinya sendiri dengan resep lama yang diberikan dokter ketika ia diduga terkena tifus. Hasilnya bisa ditebak, obat tersebut tak berdampak apa pun.

“Setelah ke rumah sakit dan melakukan serangkaian tes, baru ketahuan kalau saya kena DBD. Saya pikir gejala tifus. Habisnya gejalanya mirip,” ujar Desi.

Tak hanya Desi, kemiripan gejala tifus dan DBD kerap mengelabui banyak orang. Bahkan orang yang pernah punya pengalaman dengan tipus pun masih bisa salah duga.

Tifus dan DBD memang memiliki gejala khas yang sama, yakni demam. Tapi ada perbedaan di antara keduanya.

Misalnya, demam pada DBD berlangsung sepanjang hari, sedangkan pada tifus hanya pada waktu tertentu seperti sore dan malam. Jika merasa demikian, ada baiknya segera ke dokter untuk mendapat pemeriksaan yang pasti dan penanganan yang tepat.

Berikut perbedaan gejala DBD dan tipus secara umum :

1. Demam pada DBD berlangsung sepanjang hari, tidak hanya sore dan malam seperti pada tifus. Demam pada tifus biasanya akan disertai nyeri kepala hebat hingga bisa terjadi gangguan kesadaran seperti meracau.

Tidak heran jika banyak orang pedesaan yang menyangka tifus adalah salah satu bentuk klenik yaitu kerasukan roh jahat.

2. Pada tifus tidak terjadi shock jika belum terjadi komplikasi. Pada DBD, shock bisa terjadi bahkan terbilang sering terjadi.

3. Pada DBD, terdapat nyeri pada ulu hati yang sangat khas. Nyeri ini bukan seperti gejala maag. Pada tifus, hanya terdapat rasa tidak enak pada perut, tapi tidak sampai nyeri hebat.

4. Pada tifus, kemungkinan terdapat bibir kering, merah pada tepi lidah dan tengahnya berlapis putih. Pada DBD tidak terdapat gejala tersebut.

5. Pada tifus mungkin ada bintik merah, tapi hanya di bagian dada dan bukan merupakan bintik pendarahan. Pada DBD, bintik merah terjadi akibat pendarahan dan bila ditekan, bintik merahnya tidak pudar.

6. Tifus bisa terjadi sepanjang tahun. Tidak musiman seperti DBD. Pada tifus, tidak memerlukan kehadiran nyamuk.

Hanya saja, tifus sering terjadi setelah kejadian banjir. Ini karena kebersihan lingkungan setelah banjir bisa dibilang jorok.

7. Tifus penyakit lumrah di Indonesia, dan tidak mematikan seperti DBD. Jika diobati dan pengobatannya tuntas, tifus umumnya sembuh.

Hanya satu dari 20 kasus tifus menjadi carrier tifus, dan sebagian kecil saja dari yang tak diobati berkomplikasi usus bocor atau infeksi menjalar ke kandung empedu.

Namun, DBD yang terlambat ditangani dengan infus atau transfusi, sering berakhir fatal.

8. Tifus mudah ditangani, tak perlu perawatan khusus kalau masih tahap awal dan belum komplikasi. Pada DBD sering tak terduga jika proses perdarahannya berlangsung di organ dalam.

9. Mencegah tifus cukup dengan makan dan minum lebih bersih, membiasakan cuci tangan, dan terhadap es batu yang diproduksi pabrik, telur bebek, kura-kura, produk laut, semua jajanan yang dipegang tangan (food handling).

Kiat melawan DBD cuma soal menyingkirkan jentik nyamuk dan nyamuk betina dewasa di wilayah sedang terjangkit, bukan lantaran tidak bersih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com