JAKARTA, KOMPAS.com — Anemia tak hanya dialami oleh orang dewasa, tetapi juga rentan terjadi pada bayi. Wakil Ketua Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), dr Yustina Anie Indriastuti, MSc, SpGK, mengungkapkan, kasus anemia pada bayi banyak terjadi saat mereka mulai mendapat makanan pendamping ASI (MPASI) atau saat usia 6 bulan.
"Menurut (hasil) penelitian di beberapa fakultas kedokteran, bayi-bayi itu anemia setelah mulai mendapat makanan pendamping ASI (MPASI)," kata Anie dalam diskusi Sehat Tanpa Anemia di Jakarta, Sabtu (29/10/2016).
Anemia pada bayi umumnya disebabkan kekurangan zat besi. Hal itu bisa terjadi karena MPASI yang diberikan tidak cukup mengandung zat besi yang sangat dibutuhkan bayi.
Menurut Anie, banyak ibu yang belum mengerti bagaimana membuat dan memberikan MPASI kepada bayi. Saat memasuki tahapan MPASI, bayi seharusnya sudah diberi gizi yang lengkap.
Ibu tak perlu takut memberikan makanan bayi dengan protein hewani, seperti daging yang kaya zat besi. Anggapan yang salah jika bayi hanya diberi sayur dan buah pada tahap awal MPASI.
Pada usia 6 bulan, pemberian daging harus dihaluskan dan dengan tekstur yang sangat lembut.
"MPASI itu harusnya sudah lengkap, ada protein juga, Dari usia 6 bulan, sudah bisa dikasih protein yang bervariasi. Kalau ada riwayat alegi ikan dan telur, kita pakai yang lain dulu, misalnya ayam," ujar Anie.
Ia menambahkan, bayi yang anemia biasanya tidak menimbulkan gejala yang jelas. Salah satu tandanya, bayi terlihat pucat.
Mencegah anemia pada bayi sangat penting karena bisa mengganggu tumbuh kembangnya jika dibiarkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.