KOMPAS.com - Banyak pasien gagal ginjal kronis yang baru mengetahui kondisi penyakitnya saat ginjalnya sudah mengalami kerusakan tahap lanjut. Kondisi ini bisa dicegah dengan pemeriksaan berkala.
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi Tunggul D Situmorang mengatakan, pemeriksaan rutin perlu dilakukan pada orang yang beresiko tinggi mengalami gagal ginjal kronis.
"Populasi yang beresiko adalah pengidap tekanan darah tinggi, diabetes melitus, obesitas, serta ada riwayat penyakit ginjal kronis dalam keluarga," kata dr.Tunggul dalam acara temu media Hari Ginjal Sedunia yang diadakan oleh Bayer di Jakarta (13/3).
Ia mengatakan, upaya pencegahan dengan deteksi dini perlu lebih diutamakan dalam penanganan penyakit ginjal kronis.
"Jika terlambat ditangani, penyakit ginjal kronis tidak dapat disembuhkan secara tuntas dan bisa menjadia gagal ginjal. Pasien pun harus menjalani terapi cuci darah dalam jangka panjang," ujarnya.
Baca juga: Menjaga Fungsi Ginjal pada Pasien Diabetes Tipe 2
Ada dua pemeriksaan penting yang bisa dilakukan untuk menilai fungsi ginjal dan mendeteksi penyakit ginjal sejak dini.
Pertama adalah pemeriksaan UACR (pengukuran rasio albumin terhadap kreatinin dalam urine). Albumin adalah protein yang seharusnya tidak banyak ditemukan dalam urin jika ginjal berfungsi dengan baik.
Tes ini penting karena bisa mendeteksi masalah ginjal sebelum fungsi ginjal benar-benar menurun. Jika hasil UACR tinggi (di atas 30 mg/g), ini bisa menjadi tanda awal kerusakan ginjal atau penyakit ginjal kronis (PGK). Kondisi ini disebut juga dengan albuminuria atau ginjal bocor.
"Albuminuria pada penderita diabetes tipe 2 akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan memburuknya penyakit ginjal kronis," kata dr.Tunggul.
Pemeriksaan kedua adalah pemeriksaan kadar keatinin dalam darah. Kreatinin adalah limbah metabolisme otot yang dibuang melalui ginjal. Kadar kreatinin dalam darah mencerminkan seberapa baik ginjal menyaring zat-zat sisa.
Jika kadar kreatinin tinggi, ini bisa menunjukkan penurunan fungsi ginjal.
Baca juga: Peningkatan Kasus Diabetes dan Hipertensi Berakibat pada Gagal Ginjal
Mengendalikan gula darah
Selain deteksi dini, pengobatan yang komperhensif dengan mengendalikan faktor risiko juga dibutuhkan untuk mencegah PGK.
"Faktor risiko yang bisa dikendalikan untuk memperlambat perburukan PGK antara lain pengendalian tekanan darah dan kadar gula darah," kata dr.Tunggul.
Selain itu perkembangan pengobatan telah menghadirkan obat inovatif yaitu Finerenone yang membantu memperlambat perburukan kondisi PGK pada pasien diabetes melitus.
Berdasarkan penelitian American Society of Nephrology, terapi obat dengan Finerenone menunjukkan penurunan risiko perburukan PGK pada pasien diabetes serta menurunkan risiko kejadian cuci darah sampai 36 persen.
Baca juga: Tantangan Pasien Transplantasi Ginjal di Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.