KOMPAS.com - Patah hati sering disimbolkan dengan gambar hati yang terbelah. Dalam dunia nyata, patah hati akibat kesedihan atau stres yang teramat dalam, memiliki dampak yang merusak pada kesehatan jantung.
Para ahli menyebutnya dengan sindrom patah hati (kardiomiopati yang dipicu stres atau kardiomiopati takotsubo). Kondisi tersebut juga bisa dialami seseorang yang sehat.
Patah hati tak cuma disebabkan karena bubarnya hubungan percintaan, tapi juga kehilangan orang terdekat karena kematian, perceraian, perpisahan karena jarak, penolakan, bahkan terjadi setelah kejutan seperti menang undian.
Gejala yang akan dirasakan orang yang mengalami sindrom patah hati antara lain nyeri dada yang intens serta napas pendek-pendek. Reaksi itu dipicu oleh lonjakan hormon stres akibat stres fisik dan emosional yang ekstrim. Penderitanya mayoritas adalah perempuan.
Sindrom patah hati juga sering salah didiagnosis sebagai serangan jantung karena gejala dan hasil pemeriksaannya mirip. Faktanya, perubahan yang dramatis pada denyut jantung dan substansi darah memang tipikal pada serangan jantung. Bedanya, sindrom patah hati tidak menunjukkan adanya sumbatan pembuluh darah jantung.
Pada kasus sindrom patah hati, sebagian organ jantung membesar sementara dan tidak bisa memompa darah dengan baik, namun sisanya tetap berfungsi normal. Walau begitu, sindrom ini bisa mengganggu fungsi otot jantung.
Para ahli kini mulai meneliti lebih serius sindrom ini, termasuk pemicu dan cara mendiagnosisnya. Sindrom patah hati pada umumnya bisa diobati. Mayoritas pasien bisa pulih total.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.