Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/03/2017, 13:40 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

Sumber time.com

KOMPAS.com - Ada teori populer ketika sakit, pria jadi lebih lemah dari wanita. Bukti ilmiah saat ini masih jauh dari kepastian terhadap teori itu. Namun sejumlah riset membuktikan sel-sel imun pria dan wanita bereaksi secara berbeda terhadap virus yang menyerbu.

Saat ini riset terbaru pada tikus menambah bensin terhadap kobaran api teori itu. Riset ini menyimpulkan pria benar-benar lebih sakit ketika terserang penyakit tertentu. Faktor fisiologi, bukan psikologi menjadi penyebabnya.

Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Brain, Behavior and Immunity, tikus jantan dewasa memperlihatkan lebih banyak gejala penyakit daripada betina ketika terpapar bakteri yang menyebabkan penyakit dengan gejala sama dengan flu.

Tikus jantan pun memiliki lebih banyak fluktuasi suhu tubuh, demam dan tanda-tanda inflamasi dan butuh waktu lebih lama untuk memulihkan diri.

Studi-studi yang dilakukan pada hewan laboratorium tentu saja tak selalu dapat diterapkan pada manusia. Namu, peneliti yang melakukan penelitian jender dan kekebalan tubuh mengatakan hasil penelitian ini menimbulkan pertanyaan menarik spesifik pada manusia pula.

"Studi-studi pada sel-sel manusia, juga pada tikus, menunjukkan sel kekebalan jantan memiliki lebih banyak reseptor aktif untuk patogen-patogen tertentu," kata Sabra Klein, associate profesor mikrobiologi molekular and imunologi di Johns Hopkin Bloomberg School of Public Health.

"Tidak selalu keberadaan mikroba atau virus yang membuat kita sakit. Ini soal respon kekebalan tubuh dan riset membuktikan bahwa jantan memiliki respon meninggi yang mengumpulkan sel-sel ke tempat infeksi. Hal ini menyebabkan perasaan sakit," katanya.

Hipotesis menyebutkan bahwa testosteron dan estrogen mempengaruhi respon kekebalan ini secara berbeda. Penemuan baru pada tikus tidak mendukung kaitan antara hormon seks dan penyakit karena peneliti menghilangkan organ-organ reproduksi tikus dan masih melihat respon-respon berbeda tetapi penelitian lain menemukan hubungan keduanya.

Penelitian Klein pada 2015 pada sel-sel manusia, misalnya, menemukan senyawa berbasis estrogen membuat virus flu jadi lebih sulit untuk menginfeksi sampel.

Teori lain disodorkan dari studi 2010 peneliti University of Cambridge bahwa pria berevolusi untuk memiliki sitem kekebalan lebih lemah dan rendah karena kecenderungan perilaku yang senang mengambil risiko.

Riset lain menemukan karena wanita lebih mudah membagi patogen kepada anak-anaknya, mereka kemudian membangun perlindungan alami lebih baik terhadap patogen.

Proteksi-proteksi ini tak meliputi semua jenis penyakit. Di artikel yang diterbitkan di Nature Reviews Immunologi pada 2016, Klein mencatat bahwa pria menunjukkan peningkatan kerentanan terhadap penyakit tertentu (seperti kanker non reproduksi), wanita lebih rentan terhadap penyakit seperti autoimun.

Faktor lain pun berperan mengapa pria jadi lebih mudah sakit. Studi membuktikan pria lebih jarang mencuci tangan secara teratur. Jarang pula pergi ke dokter.

"Norma-norma budaya tentu saja mempengaruhi perilaku kita. Seperti ini merupakan kombinasi dari berbagai macam faktor berbeda," kata Klein.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau