JAKARTA, KOMPAS.com - Anak-anak seharusnya mendapatkan pengetahuan akan kesehatan seksual atau organ reproduksi dari orangtuanya. Pengetahuan yang cukup bisa mencegah anak terhindar dari infeksi menular seksual, termasuk HIV/AIDS.
Sayangnya, kebanyakan orangtua merasa tabu untuk membicarakan kesehatan seksual dengan anaknya. Selain dari orangtua, pendidikan seksual juga bisa diperoleh dari sekolah.
"Pengetahuan remaja soal seksualitas dan kesehatan reproduksi masih rendah. Kebanyakan mereka bertanya ke teman atau tanya sama internet," kata Usep Solehudin, Sekreatir Yayasan Pelita Ilmu dan Ahli Kesehatan Masyarakat dalam diskusi di Jakarta, Selasa (8/3/2017).
Berdasarkan hasil riset dari DKT Indonesia, pendidikan seksual dan reproduksi penting untuk didiskusikan oleh orang tua kepada remaja dengan pendekatan secara informal.
Namun, para remaja merasa tidak nyaman untuk membicarakannya kepada orangtua dan sebaliknya, orangtua pun mungkin merasa tidak tahu pendekatan yang tepat untuk memulai membicarakannya.
Hal ini menyebabkan para remaja sangat rentan terhadap informasi yang kurang tepat mengenai masalah seksual reproduksi ataupun terjebak dalam pertanyaan maupun mitos yang tidak benar.
Untuk membantu orangtua berdiskusi tentang kesehatan reproduksi secara nyaman dengan anaknya, DKT Indonesia, meluncurkan booklet Sexual Health Training Booklet “Safety Can Be Fun”.
Di dalam Booklet tersebut terdapat beberapa materi penting mengenai pendidikan seksual yang dapat dipilih oleh para orang tua, antara lain informasi seputar kesehatan reproduksi, informasi tentang perubahan fisik dan emosional, perubahan hormonal, hingga pacaran sehat.
“Kami berharap dapat membantu memudahkan orang tua dalam berdiskusi mengenai kesehatan seksual dan reproduksi dengan remaja mereka. Sehingga anak muda Indonesia dapat membentengi diri dengan bekal kesehatan reproduksi secara positif," kata Pierre Frederick, Deputy GM DKT Indonesia.
Booklet Sexual Health Training Booklet “Safety Can Be Fun” pada link berikut: http://bit.ly/GenerasiPositif