KOMPAS.com - Musim belanja yang dirayakan lewat Harbonas 12.12 tahun ini resmi akan dimulai besok, Kamis (12/12/2019).
Banyak orang menantikan momentum tersebut untuk berbelanja barang incaran dengan harga lebih murah.
Ada juga yang memanfaatkan Harbolnas 12.12 untuk terapi belanja untuk memperbaiki suasana hati. Mereka berbelanja agar suasana hatinya membaik.
Melansir Psychology Today (2/5/2013), ada beberapa alasan kenapa orang suasana hatinya jadi membaik setelah berbelanja.
Belanja selalu melibatkan pengalaman personal baik dalam hal kebutuhan fisik maupun emosional.
Sebuah penelitian bahkan pernah mengamati tentang perilaku seorang perempuan yang berbelanja perlengkapan tidur seperti seprai dan selimut sesaat setelah ia bercerai dari suaminya.
Laporan itu menyebutkan, pernikahan perempuan tersebut nyaris berumur 10 tahun. Namun saat berbelanja seprai baru dan mengganti alas tidur lamanya, ia merasakan siap memulai lembaran hidup yang baru.
Baca juga: Tips Belanja Bijak Saat Momen Diskon 12.12
Terkait emosi personal dalam berbelanja, ada juga pengalaman seorang pria yang membangun ruang menyimpan pakaian di kamarnya.
Dari pengalaman belanja perabot rumah tangga tersebut, ia merasa seolah tengah menyambut kehadiran calon istrinya.
Berbelanja melahirkan pengalaman personal bagi siapa saja. Saat berbelanja, orang secara alamiah membayangkan bagaimana belanjaannya nanti bakal digunakan.
Saat membayangkan tersebut, orang jadi punya imajinasi kehidupannya berubah. Hal ini membuat kita lebih bahagia dan memiliki mental yang lebih baik.
Belanja juga kerap melahirkan inspirasi kreatif. Referensi barang baru dengan warna, tekstur, dan desain tertentu menambah pengalaman artistik kita.
Tak perlu selalu beli, sering-sering mengintip belanjaan incaran juga membuat apresiasi kita pada desain dan keindahan meningkat.
Dulu, banyak orang menyebut nonton film atau melakukan perawatan sebagai hal pertama yang dapat memperbaiki suasana hati.
Namun sekarang beberapa orang menyebut belanja online sebagai aktivitas liburan kecil favorit mereka.
Hal itu tak lepas dari tuntutan pekerjaan zaman sekarang dan mobilitas yang tidak selonggar zaman dulu.
Akhirnya, banyak orang yang ketika stres melanda atau akan menghadapi
situasi sulit, memperbaiki suasana hatinya dengan belanja online atau sekadar melihat-lihat promo di sela-sela tenggat.
Baca juga: Kecanduan Belanja Online, Bisa Jadi Tanda Gangguan Mental
Seperti fitrahnya, manusia merupakan makhluk sosial. Kendati tidak dilakukan secara langsung, marketplace atau tempat belanja online menghubungkan satu orang dengan orang lainnya.
Saat menyambangi sebuah lapak, kita secara tidak langsung terhubung dengan orang lain.
Beberapa pengalaman orang yang kerap belanja online juga jadi punya langganan seperti teman baik.
Koneksi sosial ini tidak hanya dibentuk orang dengan orang, melainkan juga brand dengan orang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.