Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlihat Sepele, Kebanyakan Main Game Bisa Bikin Anak Pingsan

Kompas.com - 17/12/2019, 12:00 WIB
Mahardini Nur Afifah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak orangtua mengeluhkan anak jadi doyan main game di telepon pintar atau gawai sepanjang musim libur sekolah.

Selain bikin anak-anak jadi mager, aktivitas main game seharian dikhawatirkan mempengaruhi kesehatan mata sampai gangguan motorik.

Intens bermain game ternyata juga bisa membuat sejumlah anak dan remaja mengalami stres, jantung berdebar, sampai pingsan.

Kondisi tersebut biasanya dialami anak dan remaja yang mempunyai riwayat gangguan jantung.

Melansir Cleveland Clinic (13/12/2019), sejumlah anak dan remaja bisa mengalami syncope atau kehilangan kesadaran karena detak jantung dan tekanan darahnya tiba-tiba turun secara drastis.

Baca juga: China Larang Anak-anak dan Remaja Main Game Lebih dari 90 Menit

Hal itu dipengaruhi kondisi fisik atau emosional yang intens, seperti saat bermain game. Semangat bermain itu menghasilkan adrenalin berlebih, yang tidak disarankan bagi sejumlah pengidap gangguan jantung.

Kondisi pingsan (syncope) juga bisa terjadi saat seseorang syok melihat darah. Bisa juga terjadi saat seseorang terlalu lama berdiri di bawah terik matahari.

Pada lain waktu, ada juga orang yang pingsan saat bermain olahraga. Terkadang juga dialami orang yang terlalu bersemangat atau terlalu kesal pada keadaan.

Lebih berisiko

Meskipun kasusnya jarang ditemui, namun tekanan mental dan emosional saat anak bermain game terkadang juga memicu aritmia sampai mereka kehilangan kesadaran.

"Sering kali ini disebabkan kelainan jantung. Ini bisa jadi tanda anak-anak punya masalah jantung. Perlu diwaspadai agar tidak mengancam keselamatan jiwa," jelas ahli jantung anak Peter Aziz, MD.

Aziz menjelaskan, kelainan jantung pada anak bisa terpantau saat anak bermain game atau menjalani aktivitas fisik yang intens.

"Ketika seorang anak atau remaja tiba-tiba pingsan karena aritmia ventrikel saat bermain game, itu bisa lebih berisiko daripada pingsan saat mereka berolahraga yang kompetitif," jelas Aziz.

Menurutnya, pada kasus kelainan jantung di kegiatan olahraga biasanya ada orang-orang di sekitar yang tahu apa yang harus dilakukan.

Mereka juga paham bagaimana memberikan bantuan bagi orang yang mengalami gangguan jantung. Tidak demikian dengan lingkungan anak yang bermain game.

Aziz mengungkapkan sebagian besar sindrom aritmia pada anak dan remaja adalah channelopathies.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau