Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bepe Pensiun, Dokter Ingatkan Bahaya Obesitas dan Gangguan Jantung

Kompas.com - 19/12/2019, 09:34 WIB
Irawan Sapto Adhi,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bambang Pamungkas resmi pensiun dari sepak bola profesional.

Pemain yang akrab disapa Bepe itu melakoni pertandingan terakhir saat Persija Jakarta melawan Persebaya Surabaya dalam pentas Liga 1 2019 pekan ke-33.

Pertandingan itu diselenggarakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada Selasa (17/12/2019).

Bepe pensiun di usia 39 tahun. Bepe menyadari fisiknya tidak lagi mumpuni untuk menunaikan tugas sebagai atlet sepak bola.

Baca juga: Bambang Pamungkas Pensiun, Inilah Kiprah Bepe Bersama Timnas

Melihat hal itu, dokter ahli olahraga dr. Michael Triangto, Sp.KO, menilai wajar Bepe memilih untuk gantung sepatu pada tahun ini.

Usia Bepe terbilang sudah tidak muda lagi sebagai atlet sepak bola.

Menurut Dokter pemilik Slim+Health Clinic di Taman Anggrek Jakarta itu, Bepe telah melewati masa emas sebagai pemain sepakan bola.

Ia menyebut usia emas pemain sepak bola yakni antara 26 hingga 31 tahun.

Konfederasi sepakbola Eropa (UEFA) sendiri menyimpulkan masa awal seorang pesepakbola memasuki usia emas adalah pada umur 26,495 tahun atau antara usia 26-27 tahun.

Baca juga: Jersi Pemungkas Bepe Untuk Ketum The JakMania

"Bepe mungkin melihat kondisi badannya sudah tidak memungkinkan lagi, terlebih dia kan striker, butuh tenaga ekstra untuk terus mencetak gol," jelas Dokter Michael saat dihubungi Kompas.com (18/12/2019).

Namun, Michael menyebut tidak ada batas pasti di usia berapa atlet harus gantung sepatu.

Apabila si atlet merasa mampu tampil konsisten, dia bisa saja memutuskan untuk tetap bermain di usia tua.

Michael mencontohkan pemain sepak bola seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo yang telah berusia lebih dari 31 tahun tapi masih bisa tampil memukau.

Dia juga mencontohkan atlet tenis lapangan, Roger Federer yang telah berusia 38 tahun tapi masih berprestasi.

Michael meyakini dari segi tenaga, kecepatan, dan kelenturan tubuh, para atlet tersebut makin berkurang setelah memasuki usia tua.

Namun, berkat jam terbang tinggi, mereka mampu bertahan karena bermain secara efektif. Mereka kini tak lagi banyak mengejar bola, tapi cukup dengan menempati posisi yang tepat untuk menahan bola.

"Semua tergantung pilihan masing-masing atlet. Tidak menutup kemungkinan ada juga dari mereka yang memilih pensiun di usia emas karena performa turun atau mengalami cedera," jelas Michael.

Tetap olahraga

Michael menyampaikan tantangan terbesar para atlet ketika memasuki masa pensiun adalah menjaga kebugaran atau kesehatan diri.

Salah satu masalah kesehatan yang perlu diantisipasi oleh para atlet ini adalah obesitas.

Baca juga: Mengenal Obesitas, Bahaya dan Cara Mengatasinya

Menurut ia, banyak atlet setelah pensiun tetap mengonsumsi makanan dan suplemen seperti saat masih aktif bermain.

Padahal aktivitas mereka sudah berkurang sehingga tak butuh banyak asupan.

Beberapa dari mereka bahkan melakukan pelampiasan dengan mengonsumsi makanan sembarangan yang tidak diperbolehkan saat masih bermain.

"Akhirnya berat badannya naik dan mereka rentan mulai terkena berbagai penyakit," ujar Michael.

Penyakit jantung

Michael menyebut para atlet yang telah gantung sepatu juga rentan terkena gangguan jantung.

Masalah kesehatan ini berisko terjadi apabila mereka tak lagi banyak melakukan aktivitas fisik.

Ia menjelaskan ada risiko pembesaran jantung pada atlet profesional karena kerap melakukan latihan yang berat. Pembesaran ini tak memberikan gejala atau keluhan apabila mereka masih aktif olahraga.

Baca juga: Kenali Jantung Koroner, Jenis Penyakit Jantung yang Paling Umum

"Masalah baru ada bila kelak berhenti berolahraga. Oleh sebab itu, para atlet ini harus tetap berolahraga setelah pensiun," ucap Michael.

Ia mengibaratkan jantung sebagai sebuah rumah. Setelah bertambah besar, sewajarnya upaya untuk merawat rumah ini juga harus ditingkatkan. Jika dibiarkan saja, rumah akan kotor.

"Seperti juga jantung. Kalau tidak dilatih, jantung ini nantinya kena gangguan," kata Michael.

Oleh sebab itu, kata ia, banyak pemain sepak bola yang memilih menjadi pelatih setelah pensiun. Hal ini dikarenakan mereka masih dituntut untuk banyak melakukan aktivitas fisik.

Namun, memang tak semua atlet harus menjadi pelatih setelah gantung sepatu. Seperti halnya Bepe yang belum berencana menjadi seorang pelatih.

Menurut ia, tidak masalah jika sang atlet memilih profesi lain setelah pensiun asal tetap rajin berolahraga dan menjalankan pola hidup sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau