Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Jadi Momok, Berikut 5 Cara Kurangi Risiko Kanker Payudara

Kompas.com - 25/12/2019, 09:00 WIB
Mahardini Nur Afifah,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Setelah menopause, perempuan punya banyak estrogen yang berasal dari jaringan lemak.
Jadi, memiliki jaringan lemak berlebih dapat meningkatkan peluang seseorang terkena kanker payudara.

Selain itu, perempuan yang kelebihan berat badan juga cenderung punya level insulin tinggi.

Tingginya hormon insulin ini mampu meningkatkan risiko terkena kanker, termasuk kanker payudara.

Jika berat badan saat ini sudah ideal, pertahankan. Jika berlebih, coba pangkas demi kesehatan.

2. Olahraga teratur

Banyak riset membuktikan manfaat olahraga, termasuk dapat menyehatkan payudara.

American Cancer Society merekomendasikan perempuan berolahraga sedikitnya 150 menit tiap minggu, atau 75 menit tiap minggu untuk olahraga intens.

Jadi tak usah juga berolahraga terlalu berat. Olahraga tingkat menengah sampai intens yang dilakukan dalam satu sesi malah bisa membuat Anda susah bernapas lega.

Bagi olahraga selama beberapa waktu dalam seminggu.

Baca juga: Menemukan Kanker Payudara Sedini Mungkin

3. Batasi waktu duduk atau mager

Riset terbaru menunjukkan kebanyakan duduk atau malas gerak (mager) berkelindan dengan peningkatan risiko kanker, terutama bagi perempuan.

Temuan studi American Cancer Society menunjukkan, perempuan yang duduk atau mager berisiko lebih tinggi mengidap kanker, termasuk kanker payudara.

Dari riset, perempuan yang duduk sedikitnya enam jam sehari di luar kerja, berisiko 10 persen lebih tinggi mengidap kanker payudara dibandingkan yang hanya mager tiga jam sehari.

4. Batasi konsumsi alkohol

Riset menunjukkan perempuan yang minum dua sampai tiga gelas alkohol dalam sehari berisiko 20 persen lebih tinggi idap kanker ketimbang perempuan yang tidak mengonsumsi alkohol.

American Cancer Society merekomendasikan perempuan maksimal hanya minum satu gelas alkohol dalam sehari.

5. Batasi terapi penggantian hormon

Terapi pengganti hormon dulunya jamak digunakan untuk membantu meredakan gejala tidak nyaman pada perempuan yang menopause.

Menurut artikel dalam American Cancer Society, para peneliti saat ini baru mengetahui perempuan yang menggunakan kombinasi estrogen dan progestin hasil terapi hormon malah berpotensi terkena kanker payudara.

Risiko kanker payudara biasanya baru meningkat setelah empat tahun terapi berjalan. Dampaknya baru dirasakan setelah lima tahun berhenti terapi hormon tersebut. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau