KOMPAS.com - Demam dapat diartikan sebagai reaksi tubuh saat menghadapi infeksi. Peningkatan suhu tubuh juga dapat menjadi gejala suatu penyakit.
Demam dengan gejala batuk dan pilek, dapat menunjukkan adanya infeksi saluran napas atas.
Sedangkan demam yang disertai diare dan muntah, menunjukkan adanya infeksi saluran pencernaan.
Begitu juga dengan demam yang disertai kejang dan penurunan kesadaran. Kondisi ini merupakan gejala infeksi di susunan saraf pusat.
Banyak dari orang tua panik saat mendapati buah hati mereka mengalami demam tinggi.
Beberapa di antaranya bahkan percaya, semakin tinggi suhu tubuh anak saat demam, risiko mengalami kejang juga meningkat. Pendapat tersebut tidak tepat.
Baca juga: Jangan Panik, Lakukan Ini di Rumah Saat Anak Demam
Dokter Spesialis Anak dr. Arifianto, Sp. A, lewat bukunya Berteman dengan Demam (2017) menjelaskan, demam dan kejang pada anak tergantung kondisi masing-masing.
Dokter yang akrab disapa Apin itu menerangkan, anak yang demamnya tinggi tapi tak memiliki "bakat" kejang demam, tidak akan mengalami kejang demam.
Sementara anak yang punya kecenderungan atau faktor genetik kejang demam, dapat mengalami kejang demam meski suhu demamnya tak terlalu tinggi.
Menurut Apin, para orang tua tak perlu terlalu mengkhawatirkan risiko kejang saat suhu tubuh anak tinggi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.