Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos atau Fakta, Makin Tinggi Suhu Demam Risiko Kejang Kian Besar?

Kompas.com - 05/01/2020, 09:00 WIB
Irawan Sapto Adhi,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Demam dapat diartikan sebagai reaksi tubuh saat menghadapi infeksi. Peningkatan suhu tubuh juga dapat menjadi gejala suatu penyakit. 

Demam dengan gejala batuk dan pilek, dapat menunjukkan adanya infeksi saluran napas atas.

Sedangkan demam yang disertai diare dan muntah, menunjukkan adanya infeksi saluran pencernaan.

Begitu juga dengan demam yang disertai kejang dan penurunan kesadaran. Kondisi ini merupakan gejala infeksi di susunan saraf pusat.

Banyak dari orang tua panik saat mendapati buah hati mereka mengalami demam tinggi.

Beberapa di antaranya bahkan percaya, semakin tinggi suhu tubuh anak saat demam, risiko mengalami kejang juga meningkat. Pendapat tersebut tidak tepat. 

Baca juga: Jangan Panik, Lakukan Ini di Rumah Saat Anak Demam

Tergantung kondisi fisik dan genetika

Dokter Spesialis Anak dr. Arifianto, Sp. A, lewat bukunya Berteman dengan Demam (2017) menjelaskan, demam dan kejang pada anak tergantung kondisi masing-masing. 

Dokter yang akrab disapa Apin itu menerangkan, anak yang demamnya tinggi tapi tak memiliki "bakat" kejang demam, tidak akan mengalami kejang demam.

Sementara anak yang punya kecenderungan atau faktor genetik kejang demam, dapat mengalami kejang demam meski suhu demamnya tak terlalu tinggi.

Menurut Apin, para orang tua tak perlu terlalu mengkhawatirkan risiko kejang saat suhu tubuh anak tinggi.

Justru, orang tua perlu memberikan perhatian ekstra pada bahaya dehidrasi saat anak mengalami demam.

Apin juga mengungkapkan, tingginya suhu tubuh anak saat demam bukan gambaran beratnya penyakit yang dialami anak. 

"Bisa saja suhu demam tak terlalu tinggi tetapi si anak ternyata mengidap pneumonia atau meningitis yang mengancam jiwa," tulis Apin.

Begitu juga sebaliknya, Apin menerangkan, sangat mungkin anak mengalami demam tinggi tapi sakitnya hanya selesma. 

Selesma merupakan infeksi virus ringan saluran pernapasan bagian atas. Gejalanya lebih ringan daripada flu.

Kapan perlu dibawa ke dokter?

Sosok yang aktif di bidang edukasi kesehatan masyarakat sejak bergabung dengan Milis Sehat dan Yayasan Orangtua Peduli (YOP) itu menerangkan, demam pada anak paling sering disebabkan infeksi virus yang dapat sembuh dengan sendirinya.

"Antibiotik sama sekali tidak diperlukan pada infeksi virus," terang dia.

Apin menganjurkan para orang tua harus paham kondisi gawat darurat pada anak.

Ketika mendapati anak cenderung lemah sepanjang hari, para orang tua harus mengambil sejumlah langkah.

Dalam kondisi itu, ada beberapa kekhawatiran anak diagnosis mengidap sejumlah penyakit.

Paling dikhawatirkan yakni anak menderita meningitis (radang selaput otak) dan pnemumonia (radang akibat infeksi di jaringan paru).

Dalam kasus meningitis, biasanya terdapat gejala tubuh kaku, penurunan kesadaran, hingga kejang. Penderita penyakit ini bisa berujung pada kematian.

Sedangkan pneumonia, anak mungkin akan terlihat sesak napas yang bisa dinilai dari gerakan dinding dada dan napas cuping hidungnya.

Jika sudah mendapati gejala itu, Apin menyarankan para orang tua membawa buah hatinya ke dokter.

Baca juga: Saat Anak Demam, Kapan Perlu Obat Penurun Panas?

Apin membagikan kiat buat para orang tua saat si kecil terserang demam. Beberapa di antaranya:

  • Jaga suhu ruangan tempat anak usahakan tetap sejuk. Buka pintu dan jendela agar sirkulasi udara tetap terjaga.
  • Beri anak pakaian berbahan tipis dan nyaman. Tujuannya untuk mendorong panas tubuh mudah keluar.
  • Jaga asupan cairan. Anak boleh diberi minuman apa pun. Baik itu air putih, susu, sari buah, atau larutan elektrolit. Usahakan cairan terus masuk meski sedikit demi sedikit agar anak tidak dehidrasi.
  • Sebaiknya anak yang demam jangan beraktivitas yang menguras energi. Aktivitas fisik intens seperti berlari dan melompat dapat meningkatkan suhu tubuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau