Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas, Jadi Orang Kaya dan Terkenal Justru Rentan Depresi

Kompas.com - 13/01/2020, 13:38 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketenaran dan kekayaan yang melimpah nampaknya tak selalu membuat orang-orang hidup bahagia.

Faktanya, banyak sederet selebriti papan atas dan tokoh besar dunia menderita depresi sepanjang hidupnya.

Contohnya saja, Sir Winston Churchill yang terkenal dengan kata-kata motivasinya ternyata mengalami depresi di sepanjang hidupnya.

Laman Huffington Post bahkan menggambarkan Winston Churchill sebagai pria dengan kepribadian menyenangkan dan pemimpin terbaik di dunia.

Selain itu, masih banyak sejumlah selebriti papan atas yang menderita depresi hingga nekat mengakhiri hidupnya sendiri.

Meskipun gejala khas depresi, seperti kesedihan atau keputusasaan, mudah dikenali, ada gejala yang mungkin kurang terlihat.

Meski begitu, Survei Gallup pada 2009 juga menunjukan tingkat depresi hampir dua kali lebih tinggi bagi orang Amerika yang berpenghasilan kurang dari 24.000 dollar AS per tahun dibandingkan dengan mereka yang berpenghasilan 60.000 dollar AS per tahun.

Lantas, apakah yang membuat seseorang bisa mengalami depresi?

Orang kaya dan terkenal rentan depresi

Melansir laman Forbes, depresi bisa dialami siapa saja tanpa memandang status sosial seseorang.

Baca juga: Kenali Sindrom Post Holiday Blues, Merasa Depresi Setelah Liburan

Tidak seorangpun yang bisa kebal terhadap depresi. Bahkan, mereka yang nampaknya meraih kesuksesan besar dalam hidup pun lebih rentan mengalami depresi.

Psikolog Deborah Serani mengatakan, negara-negara yang berpenghasilan rendah memiliki tingkat depresi yang rendah.

Sebaliknya, negara dengan penghasilan tinggi justru tingkat depresinya juga tinggi.

"Ini terjadi karena negara dengan penghasilan tinggi masyarakatnya memiliki tingkat persaingan dan perasaan gagal yang ekstrem. Mereka terus membandingkan kehidupannya dengan orang lain," ucapnya.

Mencari kekayaan bikin kesepian

Serani juga mengatakan, terus mencari dan meningkatkan kekayaan serta membandingkan dengan milik orang lain juga akan menjerumuskan manusia pada depresi.

"Beberapa orang terbiasa mengukur harga diri mereka dengan orang lain yang tampaknya lebih kaya. Ini memunculkan sifat iri yang memicu depresi," tambahnya.

Upaya luar biasa dan waktu yang dikorbankan untuk meraih ketenaran atau kekayaan besar dapat menciptakan perasaan sepi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com