KOMPAS.com - Banyak orang pasti suka dengan momen liburan panjang seperti libur natal dan akhir tahun ini.
Kesempatan libur bisa dimanfaatkan untuk melepas lelah atau berkumpul dengan kerabat dan sahabat.
Namun terkadang, ada orang yang menganggap momen liburan hanya sebuah kebahagiaan sesaat. Di mana, orang-orang merasa kaget, murung, bahkan depresi setelah liburan.
Pikiran itu bisa jadi muncul karena dua hal, yakni merasa liburan sangat menyenangkan namun harus diakhiri atau Anda hanya ingin ada di masa liburan daripada kembali ke rutinitas kerja.
Baca juga: 6 Cara Cegah Stres Akibat Macet Liburan Akhir Tahun
Belum lagi, kemungkinan terlintas dalam pikiran bahwa Anda setelah liburan harus membereskan barang-barang sisa liburan hingga menanggung rasa lelah.
Jika perasaan itu menghampiri, bisa jadi Anda sedang menderita sindrom post holiday blues.
Sindrom ini biasanya terjadi beberapa hari setelah liburan. Namun bagi sebagian orang, kondisi tersebut bisa berlangsung lama hingga membutuhkan bantuan ahli.
Sindrom post holiday blues terjadi karena otak mengalami syok dan kembali menyesuaikan dengan perubahan keadaan.
Pasalnya, otak dirancang untuk merekam berbagai kegiatan yang dilakukan secara konsisten, seperti kebiasaan bekerja.
Nah, maka dari itu, saat terbiasa dengan situasi libur panjang, kondisi emosional kita akan terbiasa untuk menikmati momen liburan tersebut.
Melansir dari Hello Sehat, gejala sindrom post holiday blues punya banyak rupa. Beberapa di antaranya yakni:
Untuk mengatasi sindrom post holiday blues, kita bisa melakukan langkah-langkah berikut ini:
1. Buat rencana liburan berikutnya
Bagian paling bahagia dari liburan mungkin bukan inti liburan itu sendiri, tetapi saat-saat menjelang momen itu.
Baca juga: Libur Natal dan Tahun Baru Tiba, Ini Cara Jaga Kesehatan saat Liburan
Menurut sebuah studi pada tahun 2010 yang diterbitkan dalam jurnal Applied Research in Quality Of Life, hanya merencanakan perjalanan ternyata dapat meningkatan perasaan bahagia.