KOMPAS.com - Menjalani sebuah rumah tangga atau hubungan asmara tak melulu hanya bermodalkan cinta.
Perlu ada komunikasi, kesabaran dan dukungan yang timbal balik antara dua pihak, terutama ketika pasangan kita mengalami sakit kronis.
Empati dan kesabaran juga aspek penting dalam sebuah hubungan. Dua hal tersebut juga menjadi hal penting ketika pasangan kita mengalami sakit kronis.
Ya, mereka yang mengalami sakit kronis biasanya tak lagi bersemangat dalam menjalani kehidupannya. Bahkan, terkadang mereka menjadi tertutup dan menjauh dari pasangannya.
Ahli kesehatan jiwa Dr Dharmawan SPKJ mengatakan, penyakit kronis memang turut mempengaruhi kodisi psikologis penderitanya.
Mereka yang telah divonis mengalami sakit kronis biasanya turut mengalami depresi.
Baca juga: Awas Ibu Hamil Juga Bisa Depresi, Kenali Risiko dan Cara Perawatannya
Hal itu membuat pasien tak lagi bersemangat, mengisolasi diri bahkan menjauh dari pasangan.
"Depresi yang dia alami biasanya dipicu oleh rasa bersalah karena berpikir kodisi yang dialaminya membuat pasangan repot," ucap dr Dharmawan.
Psikolog klinis Rosalind Kalb juga mengatakan, komunikasi sangat penting untuk memberi semangat kepada pasangan.
"Kurangnya komunikasi justru akan membuat pasangan kita merasa terisolasi dan mengurangi keintiman dalam hubungan," ucap Kalb.
Menemukan cara untuk berkomunikasi secara terbuka, kata Kalb, adalah langkah pertama menuju penyelesaian masalah yang efektif dan semakin memperat hubungan.
Kalb juga menyarankan kita untuk tak segan melakukan konseling atau meminta bantuan kepada terapis demi menghindari depresi klinis yang kerap terjadi pada pasien dengan penyakit kronis.
"Kesedihan adalah respons normal terhadap penyakit kronis. Tetapi depresi klinis bisa dicegah," ucapnya.
Hal senada juga diucapkan oleh Dharmawan. Menurutnya, pasien penyakit kronis juga perlu penangan psikiater.
"Tim medis seharusnya berkolaborasi dengan ahli jiwa untuk menagani aspek emosional pasien," tambahnya.