Melansir Hello Sehat, sindrom gigi retak sekilas tak kasat mata. Selain itu, gejalanya juga timbul dan tenggelam.
Ada kalanya, penderita sindrom gigi retak merasakan ngilu di giginya. Tak lama berselang, gejalanya menghilang begitu saja.
Walaupun tak kelihatan, keretakan gigi bisa mencapai jaringan halus pada gigi yang berisi saraf dan pembuluh darah.
Tekanan pada gigi yang kuat seperti saat makan es batu, dapat membuka retakan tersebut dan mengiritasi pulpa.
Akibatnya, gigi jadi lebih sensitif pada makanan atau minuman yang suhu dan rasanya ekstrem.
Saat penderita sindrom gigi retak mengunyah, tekanan pada gigi menghilang, dan digantikan rasa ngilu di retakan.
Orang yang doyan makan es batu dalam jangka panjang perlu memperbaiki gigi berlubang dan mengganti tambalan yang hilang.
Orang yang punya kebiasaan mengunyah atau makan es batu disebut pagophagia.
Pagophagia merupakan bagian dari pica, penyakit yang membuat pengidapnya punya orientasi makanan tak lazim.
Pica jamak menyertai gangguan mental lain seperti autisme, skizofrenia, dan membuat orang-orang mendambakan makanan yang nyata-nyata tidak memiliki kandungan gizi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.