Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Tanda Keputihan Bermasalah dan Cara Penanganannya

Kompas.com - 28/01/2020, 21:05 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Keputihan bisa jadi salah satu keluhan yang paling banyak disampaikan oleh para wanita di seluruh dunia.

Keputihan adalah cairan atau lendir yang keluar dari vagina. Lendir ini sebenarnya berfungsi menjaga kesehatan alat kelamin wanita agar terhindar dari infeksi.

Keputihan yang normal tidak berbau, berwarna putih atau bening, serta tebal dan lengket.

Baca juga: Dikira Keputihan Biasa, Ternyata Gejala Kanker Serviks

Wanita umur berapa pun dapat mengalami keputihan, namun lendir yang dihasilkan biasanya meningkat ketika Anda sedang hamil, menggunakan alat KB, dan dalam masa subur.

Sayangnya, tak semua keputihan itu normal. Bahkan, kerap kali keputihan cukup mengganggu aktivitas karena menimbulkan rasa tak nyaman.

Tak heran banyak perempuan ingin segera mendapatkan obat dari keluhan ini.

Ya, dalam beberapa kesempatan, keputihan bisa mengakibatkan infeksi sehingga harus ditangani dengan obat-obatan tertentu.

Tanda keputihan yang bermasalah

Sebelum membeli obat keputihan di apotek, Anda terlebih dahulu harus mengetahui penyebab keputihan yang bermasalah itu sendiri.

Pasalnya, beda penyebab keputihan, beda pula obat yang dapat Anda gunakan.

Berikut ciri-ciri keputihan tidak normal dan masalah kesehatan yang mungkin menyertainya:

1. Berwarna cokelat atau terdapat bercak darah

Keputihan dengan warna ini bisa jadi menandakan siklus menstruasi yang tidak normal, atau dalam kasus yang lebih jarang disebabkan oleh kanker serviks atau endometrium.

Keputihan abnormal ini biasanya juga dibarengi dengan gejala lain, seperti pendarahan lewat vagina dan nyeri panggul.

2. Berwarna kuning atau menggumpal

Keputihan dengan karakteristik ini mungkin menandakan penyakit menular seksual, yakni gonore yang juga menimbulkan bau tidak sedap.

Keputihan ini bisa dibarengi dengan gejala seperti pendarahan saat tidak sedang menstruasi, nyeri panggul, dan rasa sakit saat buang air kecil.

3. Berwarna kuning atau abu-abu disertai busa dan bau busuk

Keputihan jenis ini biasanya menandakan penyakit menular seksual, yakni trikomoniasis.

Keputihan ini juga disertai rasa nyeri dan gatal ketika buang air kecil.

4. Berwarna merah muda

Keputihan dengan ciri ini menandakan peluruhan dinding rahim setelah melahirkan.

Jika Anda tidak melahirkan dan menemukan keputihan dengan warna ini, waspadai adanya luka pada area kelamin.

Baca juga: Benarkah Pakai Kondom Picu Keputihan bagi Wanita? Ini Kata Dokter

5. Berwarna putih, kental, dan seperti keju

Keputihan dengan warna dan karakteristik ini menandakan infeksi jamur candida.

Keputihan ini juga disertai bengkak dan nyeri di sekitar vulva, rasa gatal, dan nyeri saat berhubungan seksual.

6. Berwarna putih, keruh, atau kuning dengan bau amis

Keputihan ini menandakan infeksi bakteri (vaginosis bakteri). Keputihan ini biasa disertai sensasi terbakar, kemerahan, dan bengkak pada vagina atau vulva.

Jika Anda tidak yakin dengan penyebab keputihan abnormal yang Anda alami, jangan langsung membeli obat keputihan di apotek.

Sebaliknya, Anda perlu melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk mendapat diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Jenis obat yang sesuai penyebab keputihan

Setelah mengenali penyebab keputihan abnormal yang Anda alami, berikut beberapa obat keputihan di apotek yang dapat Anda pilih.

Untuk dosis dan cara penggunaan, tanyakan kepada dokter.

- Vaginosis bakteri

Bila keputihan Anda disebabkan infeksi bakteri, obat yang cocok Anda gunakan adalah jenis antibiotik, seperti metronidazole tablet (oral) atau berbentuk gel serta clindamycin krim yang dapat dioles di area yang terkena infeksi.

Namun, Anda wajib menyertakan resep dokter sebelum mendapatkan obat keputihan di apotek yang satu ini.

- Infeksi jamur

Penyebab keputihan abnormal yang satu ini dapat diobati dengan krim antijamur maupun obat supositoria, seperti miconazole, clotrimazole, butoconazole, atau tioconazole, yang dapat dibeli tanpa resep dokter.

Sementara bila Anda terlebih dahulu memeriksakan kondisi pada dokter, ia juga bisa meresepkan obat keputihan di apotek, seperti fluconazole.

Baca juga: Tak Perlu Cemas, Begini Cara Mengatasi Keputihan

- Penyakit menular seksual

Bila keputihan Anda disebabkan oleh trikomoniasis atau gonore, Anda bisa membeli obat yang mengandung metronidazole atau tinidazole tablet di apotek.

Hanya saja, Anda sebaiknya juga memeriksakan kondisi tersebut di dokter untuk penanganan yang lebih menyeluruh.

Keputihan juga bisa disebabkan oleh atrofi vagina yang berhubungan dengan menopause.

Untuk kondisi ini, Anda dapat menggunakan krim atau tablet yang mengandung estrogen, namun dengan harus dengan resep dokter.

Cara mempercepat kesembuhan

Selama menggunakan obat keputihan di apotek, Anda juga harus menjaga higienitas area kewanitaan.

Beberapa langkah yang dapat Anda lakukan, antara lain:

  • Gunakan celana dalam berbahan katun yang menyerap keringat dan tidak membuat area tersebut menjadi lembap.
  • Jangan mencuci vagina, bahkan dengan sabun khusus area kewanitaan karena hal itu akan membunuh bakteri baik yang juga terdapat pada vagina.
  • Lakukan hubungan seksual yang aman, misalnya dengan menggunakan pelindung dan tidak bergonta-ganti pasangan, untuk menghindari penyakit menular seksual.
  • Membasuh kelamin dari depan ke belakang saat buang air kecil dan besar.

Anda juga bisa minum yogurt untuk membantu bakteri baik di vagina melawan aktivitas bakteri jahat yang berlebihan.

Bila kondisi Anda tidak membaik setelah beberapa hari menggunakan obat keputihan di apotek, segera konsultasikan dengan dokter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau