KOMPAS.com - Aneurisma otak adalah tonjolan di area pembuluh darah di otak yang menipis dan melemah.
Aneurisma otak berukuran kecil tidak menimbulkan masalah.
Dikutip dari Cleveland Clinic, banyak orang yang memiliki aneurisma otak kecil yang tidak pecah tidak pernah mengalami gejala dan tidak itu memengaruhi kesehatan mereka.
Baca juga: Aneurisma Otak Terjadi karena Apa? Ini Penjelasannya...
Namun, aneurisma otak yang pecah dapat mengancam jiwa dan angka kematiannya sangat tinggi.
Sekitar 25 persen orang yang mengalami aneurisma otak pecah meninggal dalam waktu 24 jam.
Sekitar 50 persen orang meninggal dalam waktu tiga bulan setelah aneurisma otak pecah akibat komplikasi.
Dari mereka yang selamat, sekitar 66 persen mengalami kerusakan otak permanen.
Baca terus artikel ini untuk yang akan menjelaskan apa yang terjadi pada pasien ketika aneurisma otak pecah.
Baca juga: Gejala Aneurisma Otak yang Pecah dan Pengobatannya
Dikutip dari Mayo Clinic, aneurisma otak juga dikenal sebagai aneurisma serebral atau aneurisma intrakranial.
Aneurisma sering kali tampak seperti buah beri yang tergantung di tangkainya.
Para ahli berpendapat bahwa aneurisma otak terbentuk dan membesar karena darah yang mengalir melalui pembuluh darah memberi tekanan pada area dinding pembuluh yang lemah di otak.
Jika aneurisma otak bocor atau pecah, hal itu menyebabkan pendarahan di otak, yang dikenal sebagai stroke hemoragik.
Paling sering, aneurisma otak yang pecah terjadi di ruang antara otak dan jaringan tipis yang menutupi otak.
Jenis stroke hemoragik ini disebut pendarahan subaraknoid.
Ketika aneurisma otak pecah, pendarahan biasanya hanya berlangsung beberapa detik.