Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/02/2020, 15:02 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Satai atau sate merupakan salah satu kuliner khas Indonesia yang banyak orang dari berbagai penjuru Tanah Air, termasuk juga para wisatawan mancanegara.

Hal itu bisa jadi lumrah. Pasalnya, daging yang dibakar memang memiliki cita rasa yang enak dan aroma khas yang bisa menggugah selera.

Namun, kebiasaan makan sate ini disinyalir dapat menimbulkan dampak kurang baik bagi kesehatan tubuh.

Baca juga: Benarkah Makan Ikan Lele Sebabkan Kanker?

Benar picu kanker

Dalam buku Do's & Dont's Street Food: Makan Sehat di Luar Rumah Agar Tetap Langsing (2013) karya Gagas Ulung dan Hindah J. Muaris, dijelaskan bahwa penggemar masakan yang dibakar perlu berhati-hati.

Hal itu dikarenakan masakan yang dibakar mengandung zat karsinogenik bernama nitrosamine.

Untuk membakar makanan, biasanya para penjual atau pembuat makanan tersebut menggunakan arang. Kondisi inilah yang menjadi awal mula penyakit kanker bisa menyerang.

Begitu makanan dibakar menggunakan arang yang mengandung zat karbon, maka pada makanan itu ikut juga karbon dari hasil pembakaran yang dapat memicu timbulnya kanker.

Bahaya makanan gosong

Selain itu, proses pembakaran makanan baik dengan arang maupun sarana lainnya, sering dibarengi dengan pembentukan arang atau gosong.

Sementara gosong pada makanan ini juga berbahaya karena mengandung banyak atom karbon.

Apabila atom karbon ini ditemukan dalam jumlah yang besar, tentu juga bisa memicu datangnya kanker (karsinogenik).

Baca juga: Apakah Kanker Terasa Nyeri?

Dengan demikian, jika makanan yang dibakar dikonsumsi secara reguler dalam jumlah yang banyak dan jangka waktu lama, maka akan memperbesar juga risiko seseorang terkena penyakit kanker.

Selain sate

Bukan hanya sate, Gagas Ulung dan Hindah J. Muaris, juga mengutarakan beberapa jenis makanan lain yang dapat memicu kanker karena dibuat dengan cara di bakar, di antaranya yakni:

  • Ayam bakar
  • Bebek bakar
  • Steak atau daging bakar
  • Burger bakar

Senada, dalam buku Kanker, Antioksidan & Terapi Komplementer (2005) karya dr. Erik Tapan MHA, diterangkan bahwa di negara yang penduduknya banyak mengonsumsi makanan yang diproses dengan pengasapan ataupun diawetkan dengan nitrit, dilaporkan angka penderita kanker pada saluran cerna bagian atas (esofagus) terus meningkat.

Selain itu, dalam makanan yang dibakar diketahui terdapat kandungan zat yang bisa meningkatkan risiko kanker.

Cara sehat makan sate

Erik di dalam buku tersebut menjelaskan, meski berisiko kanker, makanan yang diproses dengan cara dibakar bukan berarti tidak boleh lagi dikonsumsi.

Menurut dia, semua ada batasnya. Jika memang ingin mengonsumsi makanan yang dibakar, sebaiknya ambil secukupnya.

Baca juga: Kenali 5 Faktor Risiko Kanker Sebelum Terlambat

Erik menegaskan ketimbang makanan yang dibakar, makanan segar jelas lebih sehat untuk dimakan.

Dengan makan makanan yang segar, seseorang dapat mengasi asupan gizi yang tetap terjaga.

Selain itu, seseorang juga bisa terhindar dari kontaminasi jamur atau kuman akibat menyimpan makanan terlalu lama.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau