Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cara Bedakan Masuk Angin dengan Serangan Jantung

Kompas.com - 19/02/2020, 07:33 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Tanda serangan jantung sering kali diabaikan karena mirip dengan masuk angin.

Istilah masuk angin atau angin duduk kerap digunakan masyarakat untuk menggambarkan rasa tidak enak badan tanpa penyebab yang jelas.

Salah satu cara yang paling sering ditempuh untuk mengatasi gejala masuk angin di Indonesia, yakni dengan kerokan.

Baca juga: Serangan Jantung Bisa Terjadi Saat Tidur, Kenali 4 Gejalanya

Setelah digosok dengan balsam atau minyak rempah, badan penderita kemudian digores dengan uang logam pada bagian dada dan punggung hingga meninggalkan bekas warna kemerahan berpola.

Tahunya masuk angin

Orang-orang percaya bahwa bekas goresan yang berwarna lebih merah sampai kehitaman adalah tanda ada banyak angin yang masuk ke dalam tubuh.

Sementara, jika penderita bersendawa saat badan digosok, hal itu dianggap sebagai tanda angina sudah keluar.

Selain kerokan, masyarakat Indonesia juga kerap mengonsumsi jamu untuk mengatasi masuk angin.

Sebenarnya diagnosis dan terapi tradisional untuk mengatasi gejala masuk angin seperti itu tidak akan menjadi masalah jika penderita hanya mengalami mialgia, istilah medis untuk menjelaskan pegal-pegal di otot tubuh.

Tapi, menjadi berbahaya jika keluhan yang sedang dialami oleh orang tersebut ternyata adalah tanda serangan jantung.

Ternyata gejala serangan jantung

Melansir Buku Menaklukkan Pembunuh No. 1: Mencegah dan Mengatasi Penyakit Jantung Koroner secara Tepat dan Cepat (2010) yang dibuat A. Fauzi Yahya, dokter yang rutin bergelut menghadapi penderita penyakit jantung kerap dihadapkan pada satu kenyataan ironis.

Penderita serangan jantung sering datang terlambat sehingga penanganan medis menjadi tidak optimal.

Salah satu penyebabnya tidak lain adalah adanya anggapan bahwa penyakit yang diderita sekadar gejala masuk angin atau angin duduk biasa.

Fenomena tersebut bahkan bukan hanya ditemukan di kalangan masyarakat bawah, tetapi bisa juga pada masyarakat kalangan atas dan terpelajar.

Baca juga: 6 Penyebab Kematian Mendadak Selain Karena Serangan Jantung

Padahal, kecepatan terapi dan penanganan kasus serangan jantung dalam hitungan menit akan sangat menentukan persentase otot jantung penderita yang dapat diselamatkan.

Semakin besar persentase otot jantung yang bisa diselamatkan, maka kian besar pula harapan hidup penderita.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau