KOMPAS.com - Vaksinasi dan imunisasi seringkali dianggap hal yang sama. Padahal, kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda.
Vaksinasi dan imunisasi memang sama-sama bertujuan agar kita terhindari dari berbagai penyakit.
Namun, istilah vaksinasi merujuk pada proses pemberian vaksin, baik melalui suntikan atau obat oral, agar kekebalan tubuh bekerja optimal.
Vaksinasi memerlukan vaksin atau produk yang merangsang sistem kekebalan untuk menghasilkan kekebalan, dan melindungi kita dari penyakit tertentu.
Baca juga: Penting untuk Perangi Penyakit Menular, Bagaimana Vaksin Dikembangkan?
Vaksin biasanya diberikan melalui suntikan jarum, tetapi juga dapat diberikan melalui mulut atau disemprotkan ke hidung.
Vaksin bekerja dengan menstimulasi sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mengenali penyakit dan melindungi kita dari infeksi yang munkin terjadi di masa mendatang.
Sementara itu, imunisasi merupakan proses yang terjadi pada tubuh setelah mendapatkan vaksin.
Ketika mendapatkan vaksin, tubuh akan menghasilkan respon kekebalan dengan cara yang sama seperti orang yang telah terpapar suatu penyakit.
Setelah itu, tubuh akan membuat respon kekebalan untuk mencegah kita tekena penyakit atau mengembangkan komplikasi akibat penyakit tersebut. Secara umum, respon imunisasi mulai bekerja di tubuh sekitar duaminggu.
Selain itu, seringkali dibutuhkan beberapa kali imunisasi agar kekebalan tubuh memberi perlindungan tahan lama.
Akan tetapi, ada pula jenis vakson yang mampu memberikan kekebalan tahan lama hanya dengan satu kali dosis.
Efek perlindungan dari imunisasi juga tidak berlaku seumur hidup.
Perlindungan imunisasi paling lama biasanya hanya bertahan puluhan tahun, seperti vaksin tetanus yang dapat bertahan hingga 30 tahun.
Setelah itu, kita memerlukan vaksin tambahan jika masa perlindungannya sudah berakhir.
Beberapa imunisasi, seperti vaksin batuk rejan, hanya mampu memberikan perlindungan sekitar lima tahun.
Sedangkan imunisasi influenza diperlukan setiap tahun karena sering terjadi perubahan jenis virus flu.
Sebelum ditemukannya vaksin untuk imunisasi, berbagai penyakit menular - seperti influenza, campak, dan rubella- membuat banyak orang meninggal.
Sejak vaksin dikembangkan, angka kematian karena penyakit menular tersebut turun drastis.
Di Amerika Serikat, misalnya. Sebelum ada vaksin hampir semua penduduk AS terkena campak dan ratusan orang di antaranya meninggal dunia.
Baca juga: Amankah Minum Kopi untuk Ibu Hamil?
Akan tetapi, penemuan vaksin membuat kasus campak semakin berkurang bahkan hampir tidak pernah ditemukan lagi.
Lalu ada pula epidemi rubella yang terjadi pada tahun 1964 hingga 1965 membuat 12,5 juta penduduk AS terinfeksi dan belasan ribu bayi meninggal.
Berkat adanya vaksin, tahun 2012 Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) hanya mendapatkan laporan 15 kasus rubella pada tahun 2012.
Melihat fenomena itu, hal yang sangat masuk akal jika penemuan vaksin menjadi aspek penting dalam kesehatan masyarakat.
Selain itu, vaksin tidak hanya melindungi diri sendiri namun membantu pencegahan penyakit menular agar tidak menyebar.
Jika ada banyak orang dalam suatu komunitas mendapatkan vaksin, maka akan terbentuk kekebalan kelompok atau herd immunity.
Adanya herd immunity akan membuat peluang penyebaran penyakit semakin kecil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.