KOMPAS.com – Human immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.
Virus HIV bisa masuk ke dalam sel darah putih dan merusaknya, sehingga jumlah sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi akan menurunkan.
Sebagai akibat dari kondisi ini, sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderitanya mudah terkena berbagai penyakit.
Baca juga: 4 Tahapan Infeksi HIV Menjadi AIDS
Kondisi inilah yang disebut sebagai Acquired Immuno Deficiency Sindrom (AIDS), yakni kumpulan penyakit (sindrom) yang muncul akibat penurunan sistem kekebalan tubuh akibat HIV.
HIV/AIDS kiranya termasuk penyakit yang tak layak dianggap remeh karena bisa mengancam jiwa.
Ketika seseorang sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh, maka semua penyakit dapat masuk ke dalam tubuh dengan mudah (infeksi oportunistik).
Oleh karena sistem kekebalan tubuh penderita AIDS menjadi lemah, maka penyakit yang tadinya tidak berbahaya bisa menjadi sangat berbahaya.
AIDS biasanya disertai adanya macam-macam penyakit, seperti penyakit konstitusional, penyakit saraf, dan penyakit infeksi sekunder.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, Prof. dr. Sjaiful Fahmi Daili, SpKK(K), FINSDV, FAADV, menjelaskan bahwa ada beberapa cara penularan HIV yang perlu dipahami bersama.
Bagaimana saja?
Baca juga: Akhiri AIDS pada 2030, Perkuat Kolaborasi dan Tingkatkan Solidaritas!
Terkait cara penularan HIV ini, Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) UI dan Ketua Tim Penasihat Kolegium Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) itu menuturkan, masing-masing memiliki tingkat efektivitas sendiri.
Berikut angkanya:
Dia mengatakan, efektivitas penularan HIV lewat hubungan seksual sebenarnya kecil, tetapi sering terjadi, sehingga banyak penambahan kasus HIV/AIDS akibat hal tersebut.
“Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual tidak aman belum terkendali. Ini masih perlu menjadi perhatian bersama,” tutur dr. Sjaiful saat menjadi pemateri dalam webinar dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia (HAS) 2020 yang diadakan PERDOSKI bekerja sama dengan Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia (KSIMSI), Durex Eduka5eks PT. Reckitt Benckiser (RB) Indonesia, dan sejumlah organisasi kemahasiswaan, seperti AMSA dan CIMSA, pada Senin (30/11/2020).
Sebagai peluang solusi untuk mengatasi persoalan ini, edukasi kepada kelompok risiko terkait langkah pencegahan penularan HIV/AIDS penting terus dilakukan.
Hingga saat ini belum tersedia obat ataupun vaksin yang dapat mencegah dan menyembuhkan HIV/AIDS. Namun, bagi penderita HIV, ada upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi tersebut, yakni dengan mengonsumsi obat ARV sesuai petunjuk dokter.
Obat ARV akan membantu menekan aktivitas virus dalam tubuh, sehingga pengidap HIV/AIDS dapat memiliki harapan hidup lebih panjang, hidup lebih sehat, termasuk memperkecil risiko penularan HIV kepada pasangan.
“Hindari faktor risiko penularan HIV/AIDS dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual, berhubungan seks dengan penjaja seks, tidak menggunakan kondom saat kontak seksual berisiko, dan melakukan kontak seksual sesama jenis,” jelas dia.
Baca juga: Lawan Stigma, Pengidap HIV Bukan untuk Dijauhi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.