Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/04/2022, 08:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Polusi udara dapat menjadi penyebab kanker paru-paru, sama seperti akibat merokok.

Polusi udara merupakan kondisi di mana adanya tambahan zat berbahaya di udara yang kita hirup.

Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak 2013 telah secara resmi menyatakan bahwa polusi udara luar ruangan adalah karsinogen kelompok 1 (karsinogenik untuk manusia).

Karsinogen adalah zat yang dapat menyebabkan penyakit kanker.

Baca juga: Berhenti Merokok, Cara Penderita Kanker Paru-paru Kurangi Risiko

Bagaimana polusi udara menyebabkan kanker paru-paru?

Mengutip Healthline, campuran partikel kecil berbahaya dari udara yang kita hirup itulah polusi udara.

Menghirupnya terus-menerus dapat membuat penumpukan partikel yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel paru-paru dan peradangan di organ tersebut.

Peradangan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan perubahan dalam cara sel-sel paru-paru bereplikasi.

Penelitian sedang berlangsung, tapi sebuah studi 2014 menunjukkan bahwa paparan polusi udara dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan DNA, mutasi gen, dan ekspresi gen yang berubah.

Ekspresi gen adalah rangkaian proses penggunaan informasi dari suatu gen untuk sintesis produk gen fungsional.

Perubahan tersebut dapat menyebabkan sel-sel paru-paru tumbuh tak terkendali.

Penelitian juga menunjukkan polusi udara berkontribusi pada kondisi kesehatan lainnya, seperti:

  • Kanker kandung kemih
  • Penyakit paru-paru, termasuk asma dan Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
  • Infeksi pernafasan
  • Penyakit kardiovaskular

Baca juga: Mengenal Perbedaan Gejala Pneumonia dan Kanker Paru-paru

Jenis polusi udara penyebab kanker paru-paru

Mengutip Healthline, polusi udara adalah campuran kompleks dari partikel dan gas yang dihasilkan oleh kegiatan industri dan komersial, dan berbagai jenis transportasi seperti:

  • Bus
  • Kereta api
  • Pesawat terbang
  • Mobil
  • Motor

Banyak jenis polutan udara yang berbeda terkait dengan kanker. Namun menurut WHO, materi partikulat paling erat hubungannya dengan kanker.

Materi partikulat mengacu pada campuran partikel padat dan cair kecil yang tersuspensi di udara.

Partikulat bisa hadir di udara dalam dan luar ruangan. Partikel ini biasanya sangat kecil, sehingga Anda tidak dapat melihatnya.

Anda hanya dapat melihat kabut yang terbentuk ketika jutaan materi partikulat mendistorsi sinar matahari.

Baca juga: 5 Cara Menurunkan Risiko Kanker Paru-paru

Polusi udara luar ruangan

Contoh polusi udara luar ruangan:

  • Partikel dari kebakaran hutan
  • Karbon hitam yang dipancarkan dari mesin gas dan diesel, pembangkit listrik tenaga batu bara, dan sumber lain yang membakar bahan bakar fosil
  • Partikel nitrat dari knalpot kendaraan bermotor
  • Belerang dioksida yang dipancarkan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara yang besar
  • Ozon (juga disebut kabut asap)
  • Karbon monoksida dari pembakaran bahan bakar.

Polusi udara dalam ruangan

Di negara berkembang, khususnya wanita dan anak-anak mengalami paparan polusi udara tertinggi di rumah mereka sendiri, menurut WHO.

Sebab, mereka menghabiskan sebagian besar waktu di dekat area memasak rumah.

Polusi udara dalam ruangan dapat timbul dari penggunaan api terbuka atau kompor tradisional untuk memasak, memanaskan, penerangan di rumah tangga, dan sumber lainnya.

Contoh polusi udara dalam ruangan:

  • Bahan bakar padat, seperti kayu dan arang, batu bara, atau minyak tanah, untuk memasak
  • Asbes
  • Radon
  • Karbon monoksida
  • Asap tembakau

Baca juga: Mengenal Gejala Kanker Paru-paru Stadium 2

Orang yang berisiko

Mengutip Healthline, siapa pun yang tinggal di tempat yang tingkat polusi partikelnya tinggi berisiko.

Menurut WHO, orang yang tinggal dinegara berpenghasilan rendah dan menengah memikul beban polusi udara luar ruangan secara tidak proporsional, terutama orang-orang yang tinggal di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat.

Banyak dari sumber polusi udara ini berada di luar kendali individu.

Faktor-faktor berikut meningkatkan kemungkinan seseorang terkena kanker paru-paru dari polusi udara:

  • Tinggal di kota, terutama di dekat jalan yang padat lalu lintas
  • Sering terpapar debu dan asap di tempat kerja
  • Paparan asbes di tempat kerja
  • Merokok
  • Menghirup asap rokok
  • Riwayat keluarga kanker paru-paru
  • Riwayat pribadi kanker paru-paru
  • Pernah terapi radiasi dada sebelumnya

Baca juga: 13 Gejala Kanker Paru-paru pada Wanita yang Perlu Diwaspadai

Gejala kanker paru-paru

Mengutip Cancer, sebagian besar kanker paru-paru tidak menimbulkan gejala apa pun sampai mereka menyebar, tetapi beberapa orang dengan kanker paru-paru dini memang memiliki gejala.

Gejala kanker paru-paru yang paling umum adalah:

  • Batuk yang tidak kunjung hilang atau semakin parah
  • Batuk darah atau dahak berwarna karat (ludah atau dahak)
  • Nyeri dada yang sering lebih buruk dengan pernapasan dalam, batuk, atau tertawa
  • suara serak
  • Kehilangan selera makan
  • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
  • Sesak napas
  • Merasa lelah atau lemah
  • Infeksi seperti bronkitis dan pneumonia yang tidak kunjung hilang atau terus kambuh
  • Mengi

Jika kanker paru-paru menyebar ke bagian lain dari tubuh, dapat menyebabkan:

  • Nyeri tulang (seperti nyeri di punggung atau pinggul)
  • Perubahan sistem saraf (seperti sakit kepala, kelemahan atau mati rasa pada lengan atau kaki, pusing, masalah keseimbangan, atau kejang), dari kanker yang menyebar ke otak
  • Menguningnya kulit dan mata (jaundice), dari kanker menyebar ke hati
  • Pembengkakan kelenjar getah bening (kumpulan sel sistem kekebalan tubuh), seperti di leher atau di atas tulang selangka.

Baca juga: Tanda dan Gejala Awal Kanker Paru-paru pada Pria

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com