Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/04/2022, 06:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Saat kita mengalami trauma, semua hal yang mengingatkan kita pada hal buruk tersebut akan selalu menghantui.

Pada akhirnya, trauma tersebut akan membuat kita sulit beraktivitas.

Trauma terkadang bisa terjadi bukan hanya karena peristiwa besar. Hal kecil pun bisa meninggalkan bekas luka yang mendalam.

Mekanisme trauma

Ketika Anda mengalami trauma, mungkin sulit untuk menentukan apa yang Anda rasakan.

Hal tersebut juga membuat tubuh dan otak sulit memahami semuanya. Akibatnya, otot-otot Anda tegang dan otak Anda mungkin mengalami kelelahan karena Anda terus-menerus berusaha melindungi diri sendiri.

Trauma kadang terjadi tanpa kita sadari. Kemudian, pada titik tertentu, Anda menyadari bahwa Anda merasa tidak baik-baik saja tanpa tahu penyebabnya.

Saat Anda mengalami trauma, jalur yang terhubung di otak Anda bisa terputus.

Jadi, ketika orang pergi ke terapis dan mereka mencoba membicarakan apa yang terjadi, mereka benar-benar tidak dapat menemukan penyebabnya. Hal itu bagian dari respons trauma.

Baca juga: 6 Gejala Takikardia, Tak Hanya Detak Jantung Cepat

Mengatasi trauma

Untuk sembuh dari trauma psikologis dan emosional, Anda harus menyelesaikan perasaan dan ingatan tidak menyenangkan yang telah lama Anda hindari.

Dengan kata lain, Anda harus melepaskan energi dari respon stres yang terpendam, belajar mengatur emosi dan membangun kembali kemampuan Anda untuk mempercayai orang lain,

Ada berbagai pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi trauma. Namun, hal tersebut harus dilakukan bersama ahlinya.

Berikut berbagai metode untuk mengatasi trauma:

1. Belajar merasakan pengalaman somatik

Pengalaman somatik berfokus pada sensasi tubuh, daripada pikiran dan ingatan tentang peristiwa traumatis.

Dengan berkonsentrasi pada apa yang terjadi di tubuh Anda, Anda dapat melepaskan energi terkait trauma yang terpendam melalui gemetar, menangis, dan bentuk pelepasan fisik lainnya.

2. Terapi kognitif

Terapi perilaku kognitif membantu Anda memproses dan mengevaluasi pikiran dan perasaan Anda tentang suatu trauma.

Baca juga: 4 Jenis Makanan yang Harus Dihindari Penderita Diabetes

3. EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing)

EMDR menggabungkan elemen terapi kognitif-perilaku dengan gerakan mata atau bentuk lain dari stimulasi kiri-kanan berirama yang dapat "mencairkan" ingatan traumatis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau