Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Bersama Membasmi TBC

Kompas.com - 23/06/2022, 09:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Setelah pandemi cukup terkendali, pemerintah memberi perhatian pada penanggulangan TBC. Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis menetapkan target eliminasi TBC pada tahun 2030, yaitu penurunan angka kejadian menjadi 65 per 100.000 penduduk dan penurunan angka kematian akibat TBC menjadi 6 per 100.000 penduduk.

Target itu cukup menantang, namun pemerintah memiliki bekal yang cukup dari pengalaman mengatasi pandemi Covid-19.

Gerakan TOSS atau Temukan Obati Sampai Sembuh, dapat mereplikasi prosedur testing, tracing dan treatment (3T) untuk menemukan penderita TBC.

Demikian pula pendataan digital penderita TBC dapat membuat pemberian obat lebih efektif dan pemantauan kondisi pasien lebih intensif.

Namun pemerintah tetap membutuhkan peran masyarakat dan organisasi profesi dalam mengatasi TBC.

Organisasi berbasis masyarakat seperti Perhimpunan Pemberantasan Penyakit TBC Indonesia (PPTI), Pejuang Tangguh (Peta), Yayasan Terus Berjuang (Terjang), Perhimpunan Organisasi Pasien TB, Koalisi Organisasi Profesi untuk Tuberkulosis Indonesia (KOPI), Yayasan Stop TB Partnership, dll, terbukti dapat mengisi keterbatasan gerak pemerintah, dari perumusan program hingga penanganan pasien dan pencegahan TBC.

Perkumpulan relawan itu berfungsi baik dalam meningkatkan motivasi, melakukan pemantauan, memberikan informasi, mendampingi pasien, mengajak penderita yang sebelumnya tidak mau berobat untuk ditangani, dan mensosialisasikan pencegahan penularan TBC.

Namun upaya pembasmian TBC akan lebih efektif jika tersedia vaksin yang ampuh untuk mematikan kuman TBC, di samping vaksin BCG untuk pencegahan yang sudah ada sejak lama.

Tantangan ini kiranya perlu dijawab dengan segera oleh Kementerian Kesehatan, BRIN, perusahaan farmasi, perguruan tinggi, lembaga riset, dll.

Apakah upaya bersama membasmi TBC akan berhasil mencapai target yang ditetapkan? Kita harapkan demikian adanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau