Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Bagaimana Terjadinya Keracunan Etilen Glikol?

Kompas.com - 26/10/2022, 09:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ETILEN glikol dan dietilen glikol diduga menjadi penyebab terjadinya kejadian gagal ginjal akut pada anak. Sebetulnya bagaimana proses terjadinya keracunan oleh etilen glikol dan dietilen glikol?

Etilen glikol adalah zat kimia yang lazim digunakan dalam berbagai produk. Namun karena sifat fisiknya yang tidak berwarna dan berbau serta rasa yang manis mengakibatkan kejadian keracunan akibat produk ini cukup sering. Terutama pada teknisi AC.

Itulah sebabnya pada pendingin sekarang digunakan propilen glikol yang lebih tidak beracun. Selain itu, propilen glikol mudah dikenali karena rasa dan baunya yang tidak enak.

Gejala keracunan etilen glikol pada dasarnya hampir sama dengan keracunan etanol, alkohol minuman keras. Derajatnya akan semakin berat dengan semakin banyaknya zat yang terkonsumsi.

Penularan tidak hanya melalui saluran cerna, tapi juga kontak langsung. Etilen glikol, mudah menguap sehingga dapat mengiritasi saluran nafas, mata, dan kulit. Namun dampaknya tidak akan terlalu berat karena kecilnya paparan.

Yang paling berbahaya justru paparan melalui saluran cerna karena umumnya jumlah yang terkonsumsi cukup banyak.

CDC, lembaga pemberantasan penyakit di Amerika Serikat telah membuat panduan tentang penanggulangan keracunan.

Serta klasifikasi berat ringannya gejala berdasarkan banyaknya zat yang terkonsumsi. Berikut klasifikasi dan gejalanya:

Pembagian pertama berdasarkan waktu kejadian. Dibagi menjadi keracunan akut dan lanjut.

  • Tahap 1, terjadi antara 1 hingga 12 jam. Biasanya terjadi kelainan berupa gangguan neurologis. Pasien mengalami penurunan kesadaran, euforia, mengantuk. Persis seperti yang mabuk alkohol
  • Tahap 2 terjadi antara 12 hingga 24 jam setelah konsumsi. Dapat terjadi gangguan yang sama seperti sebelumnya. Jika dosisnya cukup besar disertai dengan kelainan asidosis metabolik. Kelainan ini sangat khas, ditandai dengan adanya pernafasan yang cepat dan dalam. Ciri yang khas adalah bau nafas. Berbeda dengan napas alkohol
  • Tahap 3 terjadi antara 24 hingga 72 jam setelah konsumsi. Tahap ini disebut juga tahap renalis. Pada kondisi ini terjadi gangguan yang mengakibatkan gagal ginjal.

Selain berdasarkan waktu, klasifikasi dibuat berdasarkan banyaknya zat yang terkonsumsi. Pembagiannya sebagai berikut:

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com