KOMPAS.com - Difteri adalah infeksi bakteri serius yang biasanya menyerang selaput lendir hidung, tenggorokan, hingga kulit.
Difteri paling sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa yang belum divaksin. Orang yang tinggal di daerah padat penduduk dengan sanitasi buruk juga berisiko terkena penyakit ini.
Simak penjelasan berikut untuk mengetahui gejala, penyebab, hingga cara mengobati difteri.
Dikutip dari Verywell Health, salah satu ciri khas difteri adalah terbentuknya lapisan tebal, keras, berwarna abu-abu (pseudomembrane) yang melapisi tenggorokan.
Lapisan tebal tersebut juga dapat melapisi amandel, hidung, dan selaput lain di saluran pernapasan. Membran yang menumpuk mengakibatkan orang yang tertular difteri mengalami kesulitan bernapas hingga menelan.
Selain itu, berikut beberapa gejala difteri yang perlu Anda waspadai:
Infeksi difteri dapat menyebar dan mengakibatkan komplikasi berupa kerusakan jantung, ginjal, hingga pneumonia atau infeksi paru-paru lainnya.
Untuk itu, kita perlu mengenali lebih dini gejala atau tanda-tanda difteri.
Baca juga: Difteri
Dilansir dari Mayo Clinic, difteri menyerang organ pernapasan dan kulit. Penyebab difteri adalah bakteri Corynebacterium diphtheriae.
Bakteri tersebut biasanya berkembang biak di permukaan tenggorokan atau kulit dan area sekitarnya.
Bakteri Corynebacterium diphtheriae dapat menyebar melalui:
Saat bersin atau batuk, orang yang terinfeksi difteri akan mengeluarkan cairan atau udara yang terkontaminasi bakteri.
Hal ini menyebabkan orang disekitar penderita difteri dapat menghirup droplet tersebut. Karena itu, pasien biasanya dirawat di ruang isolasi.
Penularan difteri bisa terjadi apabila kita menyentuh barang-barang milik pasien, seperti tisu bekas, handuk, atau pakaian.
Jadi penyebab difteri adalah bakteri Corynebacterium diphtheriae yang dapat berkembang biak di permukaan tenggorokan, kulit, dan area sekitarnya.
Pada kebanyakan kasus, difteri hanya disebarkan oleh orang yang sedang sakit dan menunjukkan gejala.
Tanpa pengobatan, pasien difteri dapat menyebarkan infeksi bakteri tersebut kepada orang lain selama dua hingga enam minggu.
Seseorang yang mengalai tanda-tanda difteri harus segera dibawa ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapat pertolongan medis.
Dikutip dari Yankes Kemkes, beberapa cara mengobati difteri yaitu:
Antitoksin atau antiracun akan diberikan dokter untuk melawan racun yang disebabkan oleh bakteri difteri.
Tenaga kesehatan akan melakukan tes alergi ke kulit pasien sebelum menyuntikkan antiracun tersebut.
Dokter akan memberikan antibiotik untuk membunuh bakteri difteri dan mengatasi infeksi.
Selain mengatasi kondisi akibat infeksi, dua hari pacsa pemberian antibiotik, penderita umumnya sudah tidak bisa menularkan penyakit difteri ke orang lain.
Perlu diingat, antibiotik harus dikonsumsi sampai habis sesuai resep dokter, guna memastikan tubuh sudah bebas dari penyakit difteri.
Setelah mengetahui apa itu difteri, gejala, penyebab, hingga cara mengobatinya, kita mungkin dapat mengenali penyakit ini lebih dini.
Difteri adalah penyakit serius yang bisa mengakibatkan komplikasi termasuk kematian. Untuk itu, penyakit ini harus segera mendapat penanganan medis.
Pencegahan difteri juga perlu dilakukan dengan vaksin DPT (difteri, tetanus, dan pertusis).
Vaksin DPT diberikan sebanyak 3 kali, saat bayi berusia 2, 3, dan 4 bulan atau 2, 4, dan 6 bulan dengan jeda antara pemberian berkisar antara 4 hingga 6 minggu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.