KOMPAS.com - Penyakit ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder sering terdiagnosis pada masa kanak-kanak.
Namun, ada juga yang baru didiagnosis mengalami ADHD saat beranjak dewasa. Penderita ADHD biasanya sulit memusatkan fokus pikiran, hiperaktif, dan impulsif.
Jika tidak ditangani, penderita ADHD rentan mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan masalah tidur.
Mereka juga kerap mengalami kesulitan belajar dan bersosialisasi dengan orang sekitarnya.
Baca juga: Benarkah Genetik Bisa Memicu ADHD?
ADHD terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormon di otak pengidapnya.
Beberapa baham kimia otak yang disebut neurotransmiter,seperti norepinefrin dan dopamin, yang terlibat dengan pemikiran, perhatian, pembelajaran, dan motivasi.
Tingkat neurotransmitter dopamin yang rendah bisa membuat kita sulit fokus, dan suasana hati tidak stabil, yang termasuk dalam gejala ADHD.
Selain itu, pendertia ADH biasanya memiliki area otak yang disebut frontal korteks lebih kecil.
Area tersebut terlibat dalam fokus dan perhatian. Beberapa bagian otak juga berkembang lebih lambat pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda dengan ADHD.
Dilansir dari News Medical Net, ADHD dikaitkan dengan rendahnya tingkat neurotransmitter yang mentransmisikan antara area kortikal prefrontal dan ganglia basal yaitu dopamin dan noradrenalin.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.