SEBAGAI penghuni planet bumi, mungkin kita semua terbiasa dengan zat putih berkilauan yang kita sebut garam. Dapat ditemukan di setiap dapur dan meja makan di seluruh dunia, garam adalah bumbu yang tak terpisahkan dari hidup kita.
Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika Anda berhenti mengonsumsi garam? Bagaimana dampaknya pada kesehatan kita? Mari kita selami lebih dalam.
Sebelum kita melanjutkan, perlu dipahami bahwa garam bukanlah musuh. Garam adalah mineral penting yang diperlukan oleh tubuh kita untuk berfungsi dengan baik.
Ini adalah sumber utama sodium dan klorida dalam makanan kita, yang berperan menjaga keseimbangan cairan tubuh, membantu fungsi otot dan saraf, serta mempertahankan tekanan darah dan volume darah.
Namun, masalah muncul ketika kita mengonsumsi garam dalam jumlah yang berlebihan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), asupan garam yang dianjurkan per hari adalah sekitar 5 gram.
Namun rata-rata, banyak orang yang mengonsumsi garam jauh melebihi jumlah ini. Kelebihan sodium dapat meningkatkan tekanan darah, meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Lalu, apa yang terjadi jika kita berhenti mengonsumsi garam? Apakah itu berbahaya?
Menghentikan konsumsi garam sepenuhnya dapat memiliki efek yang merugikan pada kesehatan kita. Tubuh kita membutuhkan sodium untuk menjalankan berbagai fungsi biologis penting. Jadi, berhenti mengonsumsi garam sama sekali bisa berbahaya.
Gejala pertama dari kekurangan garam biasanya termasuk kelelahan, sakit kepala, dan kebingungan.
Jika berlanjut, bisa menyebabkan kondisi yang disebut hiponatremia, di mana kadar sodium dalam darah turun di bawah normal. Ini bisa menyebabkan kram otot, kejang, koma, bahkan kematian.
Di sisi lain, mengurangi asupan garam secara signifikan juga bisa bermanfaat, terutama bagi mereka yang menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Penelitian telah menunjukkan bahwa mengurangi asupan garam dapat membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Jadi, bagaimana cara kita menggunakan garam dengan baik?
Pertama, penting untuk mengetahui berapa banyak garam yang sebenarnya kita konsumsi. Banyak makanan olahan dan makanan cepat saji mengandung tingkat garam yang tinggi, seringkali tanpa kita sadari.
Oleh karena itu, mulai dengan membaca label makanan dan mencari tahu berapa banyak sodium yang ada dalam makanan Anda.
Kedua, coba kurangi penggunaan garam dalam memasak dan menyeduh makanan. Sebagai gantinya, gunakan rempah-rempah dan bumbu lain untuk menambah rasa.
Bawang putih, jahe, kunyit, lada, dan bumbu lainnya bisa memberikan rasa yang kaya tanpa menambah sodium.
Ketiga, hindari makanan dan minuman yang tinggi sodium. Ini termasuk makanan cepat saji, camilan asin seperti keripik, makanan kalengan, dan banyak makanan olahan lainnya.
Ingatlah bahwa keseimbangan adalah kunci. Tubuh kita membutuhkan garam, tetapi dalam jumlah yang tepat.
Tidak perlu menghentikan konsumsi garam sepenuhnya, tapi cobalah untuk menguranginya. Perubahan kecil dalam pola makan kita dapat membuat perbedaan besar dalam kesehatan kita.
Jadi, akankah Anda bertahan hidup jika berhenti mengkonsumsi garam? Ya, tentu saja. Tapi itu bukan ide yang baik.
Garam adalah bagian penting dari diet kita dan memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan kita. Yang kita butuhkan adalah pendekatan seimbang - mengurangi asupan garam kita, tetapi tidak menghapusnya sepenuhnya.
Di bumi kita tercinta ini, dimana ada gerakan pro, ada pula gerakan kontra, Gerakan "Free Salt" atau "Salt-Free" telah memengaruhi banyak orang untuk berhenti mengkonsumsi garam sama sekali dalam upaya menjaga kesehatan.
Meskipun niatnya baik, beberapa ide dalam gerakan ini sebenarnya didasarkan pada mitos dan pemahaman yang salah tentang garam. Mari kita bahas beberapa mitos tersebut.
1. Mitos: Menghapus garam sepenuhnya adalah cara terbaik untuk menurunkan tekanan darah.
Kebenaran: Meskipun mengurangi asupan garam dapat membantu menurunkan tekanan darah pada orang yang hipersensitif terhadap garam, menghilangkan garam sepenuhnya dari diet Anda bukanlah ide yang baik.
Tubuh Anda memerlukan sodium untuk menjaga keseimbangan cairan, membantu fungsi otot dan saraf, dan mempertahankan volume darah yang tepat.
2. Mitos: Semua garam adalah sama.
Kebenaran: Bukan semua garam diciptakan sama. Garam meja yang kita kenal sehari-hari biasanya diproses dan dapat mengandung bahan tambahan seperti antipenggumpal.
Sementara itu, garam laut dan garam Himalaya merah mengandung lebih banyak mineral dan elemen jejak. Namun, penting untuk diingat bahwa semua garam tinggi sodium dan harus dikonsumsi dengan bijaksana.
3. Mitos: Orang yang mengikuti diet bebas garam tidak perlu khawatir tentang asupan sodium mereka.
Kebenaran: Sodium dapat ditemukan dalam berbagai makanan lain, bukan hanya garam. Banyak makanan olahan dan makanan cepat saji mengandung tingkat sodium tinggi.
Jadi, meskipun Anda mungkin tidak menambahkan garam ke makanan Anda, Anda masih bisa mendapatkan sodium dari sumber lain.
4. Mitos: Mengonsumsi garam tidak memiliki manfaat bagi kesehatan.
Kebenaran: Seperti yang disebutkan sebelumnya, tubuh kita membutuhkan garam untuk berfungsi dengan baik. Garam membantu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, membantu fungsi otot dan saraf, dan mempertahankan volume darah yang tepat.
Kesimpulannya, gerakan "Free Salt" mungkin memiliki niat baik, namun kita harus berhati-hati untuk tidak tertipu oleh mitos dan informasi yang salah.
Jadi, daripada berusaha menghilangkan garam sepenuhnya, lebih baik fokus pada mengurangi asupan garam dan makan makanan seimbang yang kaya akan nutrisi lainnya.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana garam memengaruhi kesehatan kita dan bagaimana kita bisa menggunakannya dengan bijak, kita bisa membuat pilihan yang lebih sehat dan menjalani hidup yang lebih sehat dan panjang.
Mari kita lakukan satu langkah demi satu langkah, satu garam demi satu garam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.