Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Laurentius Purbo Christianto
Dosen

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Anda Emosi? Ekspresikan dengan Tepat

Kompas.com - 04/08/2023, 09:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BEBERAPA hari ini viral berita tentang kritikan yang berujung pelaporan ke polisi. Pelapor menganggap sang pengkritik menggunakan kata-kata kasar saat mengkritik sosok yang pelapor hormati.

Peristiwa semacam ini dapat dikaitkan dengan emosi manusia dan ekspresi emosinya.

Kata-kata kasar sebenarnya salah satu bentuk ekspresi dari emosi marah, takut, atau jijik. Emosi dan ekspresi emosi adalah dua hal berbeda, sayangnya kedua hal ini sering tidak dikenali dengan jelas.

Biasanya ketidakjelasan semacam ini berujung dengan menunjuk emosi sebagai biang kesalahan; sehingga kita sering mendengar kata-kata “jangan marah!”, “tidak boleh bersedih”, “jangan takut”, atau “bahagialah”.

Psikologi mendefinisikan emosi dan ekspresi emosi secara berbeda. Emosi adalah reaksi mental yang disadari individu, bersifat subyektif dan berbentuk perasaan yang kuat, yang biasanya diarahkan kepada objek tertentu, serta disertai perubahan fisiologis dan perilaku.

Sebagai reaksi mental, emosi terkait dengan perubahan kimia dan sistem syaraf di otak manusia. Walaupun unsur kimia dan sistem syaraf manusia relatif sama, perubahan di dalamnya sangat subjektif. Cara kita memberi makna pada objek menentukan perubahan ini.

Ada berbagai macam emosi. Paul Ekman (1999) menyatakan bahwa ada tujuh emosi dasar, yaitu marah, jijik, takut, bahagia, sedih, terkejut, dan penghinaan.

Mereka akan saling bertaut hingga membentuk emosi-emosi yang lain seperti malu, menyesal, atau lega.

Emosi-emosi ini alamiah. Emosi itu netral, tidak positif atau negatif. Sementara ekspresi bisa positif atau negatif. Hal ini adalah cara kita menunjukkan emosi kepada orang lain.

Ekspresi emosi akan selalu mengikuti emosi. Emosi dapat diekspresikan melalui raut wajah, fisiologis, perilaku, bahasa tubuh, nada suara, dan kata-kata.

Jadi, bersedih karena gagal dalam bisnis, atau bersedih karena pernyataan cinta ditolak, adalah sesuatu yang netral; tetapi melukai diri karena begitu sedih setelah cinta ditolak, atau mengisolasi diri berhari-hari karena gagal dalam bisnis bisa dikatakan sesuatu yang salah.

Bahagia setelah berhasil diterima di perguruan tinggi yang diidam-idamkan juga bersifat netral; tetapi tertawa terbahak-bahak hingga mengganggu orang lain juga akan dikatakan salah.

Marah juga bersifat netral, tidak positif atau negatif; tetapi memaki orang dengan kasar, atau memukul orang lain saat kita marah, bisa membuat kita disebut salah.

Emosi dan ekspresi emosi seperti isi kado dan bungkus kado. Cara kado dikemas akan mengarahkan orang pada penilaian seberapa baik isinya.

Jika kado dikemas dengan rapi dan baik, maka penerima kado akan melihat bahwa isinya berharga. Sedangkan saat kado dikemas dengan kertas bekas yang lusuh dan kotor, maka isi kado akan dianggap tidak berharga.

Seperti halnya setiap kado yang harus dibungkus dengan tepat dan rapi, emosi juga harus diekspresikan dengan tepat agar "isi" emosi ditangkap dengan jelas dan benar.

Emosi itu “by default” akan dimiliki semua manusia, tetapi keterampilan mengekspresikan emosi dengan tepat tidak akan otomatis dimiliki semua orang.

Kecerdasan emosional akan memengaruhi keterampilan kita dalam mengekspresikan emosi. Kecerdasan emosional dipengaruhi oleh budaya, pengalaman, pendidikan, dan kepribadian.

Fenomena beberapa hari terakhir, tentang kata-kata kasar saat menyampaikan pendapat, mengajarkan bahwa penting mengekspresikan emosi dengan tepat. Ekspresi emosi yang tepat mengurangi kemungkinan munculnya keributan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau