Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Fery Setiawan
Akademisi

Fery Setiawan, drg., M.Si adalah seorang Asisten Dosen di Bagian Patologi Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga. Fery Setiawan, drg., M.Si telah menulis artikel di jurnal nasional dan internasional terindeks sebanyak 58 artikel yang sudah publish dan terdapat 2 artikel yang sedang dalam proses publish. Fery Setiawan, drg., M.Si juga telah menghasilkan 6 (enam) buah buku yang telah terdaftar di ISBN Indonesia.

Musim Hujan: Waspada Leptospirosis, Demam Berdarah, hingga Mycoplasma Pneumoniae

Kompas.com - 11/12/2023, 13:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA telah memasuki pergantian musim, yaitu dari musim kemarau (panas) ke musim penghujan. Terpantau beberapa daerah di Indonesia, termasuk di Kota Surabaya, hujan telah turun dengan kapasitas ringan sampai sedang.

Tentu setiap musim memiliki dampak negatif dan positif. Dampak positif musim penghujan, yakni udara menjadi lebih dingin dan tanaman dapat tumbuh subur.

Namun, ada dampak negatif yang disebabkan musim penghujan, salah satunya ancaman berbagai penyakit.

Masyarakat harus waspada terhadap penyakit leptospirosis, demam berdarah dengue (DBD), COVID-19 varian baru (Eris:EG2 dan EG5), dan mycoplasma pneumoniae.

Leptospirosis dapat terjadi jika seseorang berkontak dengan cairan, atau kotoran dari hewan pembawa bakteri Leptospira, salah satunya tikus.

Leptospirosis dapat terjadi ke dalam mukosa atau luka yang sedang mengalami luka terbuka. Luka yang terbuka merupakan salah satu pintu masuknya kuman leptospira.

Gejala penyakit infeksi leptospirosis, yakni demam, mata merah, ikterik (warna kuning pada kulit) dan jika terlambat ditangani dapat menyebakan kematian.

Pencegahan leptospirosis dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan dan pengelolaan faktor risiko leptospirosis.

Leptospirosis rentan menular melalui genangan air, banjir, daerah dengan populasi tikus tinggi, kebun, dan pertanian.

Penyakit kedua, yaitu penyakit DBD yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat meningkat tajam kala musim penghujan, karena nyamuk aedes aegypti senang bertelur di genangan air jernih.

Pencegahan penularan DBD dapat dilakukan dengan 3M, yaitu: Pertama, Menutup tempat penampungan air untuk mencegah nyamuk meletakkan telur di dalamnya.

Kedua, Mengubur barang-barang bekas yang dapat menimbun air. Ketiga, Menguras tempat penampungan air yang tidak dapat ditutup sehingga apabila terdapat telur nyamuk, tidak akan menetas.

Sementara untuk penyakit COVID-19 varian baru (Eris atau EG) dan mycoplasma pneumoniae akan saya rangkum menjadi satu pembahasannya karena penyakit tersebut metode penularannya sama, yaitu berbasis droplet, aerosol, dan splatter yang ditularkan melalui pernafasan (respiratory disease).

Kedua penyakit ini muncul dan merebak pertama kali pada akhir 2019 dan muncul lagi akhir 2023 di China. Saat itu di China memang sedang terjadi musim dingin, sementara di Indonesia tengah musim hujan.

Infeksi akibat jamur mycoplasma pneumoniae sudah masuk ke beberapa negara seperti China, Eropa, dan terbaru diduga sudah masuk ke Indonesia.

Saat ini, seluruh elemen masyarakat di dunia, khususnya di Indonesia, memasuki masa adaptasi kebiasaan baru terhadap pandemi dan era pandemi post-COVID-19. Dengan demikian, manusia hidup berdampingan dengan COVID-19.

Masa adaptasi kebiasaan baru identik dengan penerapan protokol kesehatan ketat, yang terdiri dari memakai masker (bedah atau kain yang ber-SNI) selama beraktivitas di luar rumah, mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau hand sanitizer, dan menerapkan protokol kesehatan menjaga jarak kurang lebih 1-2 meter (physical/social distancing).

Selain protokol kesehatan tersebut, dapat pula dilakukan beberapa hal lain, seperti: bekerja dari rumah, meningkatkan aktivitas olahraga, dan meningkatkan aktivitas paru pada orang sehat dan yang mengalami COVID-19 melalui kegiatan bernyanyi atau aktivitas lainnya yang berhubungan dengan pernafasan.

Kita tidak akan pernah dapat menghindari tubuh dimasuki penyakit-penyakit di atas. Namun kita dapat mencegah kemungkinan tertular penyakit-penyakit tersebut melalui peningkatan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Terdapat slogan di dunia medis, yaitu "lebih baik mencegah daripada mengobati". Dengan mengobati berarti ada sejumlah uang yang harus kita keluarkan.

Selain itu, yang perlu diingat adalah "sehat mahal harganya". Slogan tersebut harus ditanamkan di dalam benak pikiran kita karena menghargai setiap kesehatan dan meminimalkan segala kemungkinan timbulnya penyakit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau