KOMPAS.com - Jika menyangkut topik kolesterol, telur memiliki reputasi yang buruk karena dianggap bisa membuat kolesterol jahat melonjak.
Dahulu dokter memang menyebutkan bahwa konsumsi telur perlu dibatasi demi jantung yang sehat. Namun, penelitian terbaru menunjukkan hasil sebaliknya.
Dalam studi baru yang dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah para dokter jantung Amerika serikat disebutkan, konsumsi telur, terutama telur yang difortifikasi alias telur omega-3, tidak berbahaya.
"Kami ingin menambahkan bukti baru yang kuat bahwa telur yang difortifikasi, bermanfaat bagi kesehatan jantung," kata ketua peneliti dr. Nina Nouhravesh seperti dikutip dari everydayhealth.
Telur yang difortifikasi berasal dari induk ayam yang diberi pakan bernutrisi. Telur tersebut tinggi akan vitamin D,B, dan E, serta asam omega, iodine, dan lebih rendah kandungan lemak jenuhnya.
Baca juga: Telur, Sumber Protein Serbaguna untuk MPASI
Dalam penelitian yang dilakukan Nouhravesh, ia dan timnya memamntau 140 orang dewasa yang berusia di atas 50 tahun. Para responden itu adalah mereka yang pernah mengalami serangan jantung sebelumnya, atau memiliki faktor risiko penyakit jantung seperti hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, atau kegemukan.
Selama empat bulan, separuh responden memakan 12 telur yang difortifikasi setiap minggunya, dan sisanya hanya makan maksimal 2 telur (telur difortifikasi atau telur biasa).
Di akhir penelitian kemudian diukur kadar kolesterolnya. Mereka dari kelompok telur difortifikasi memiliki kadar kolesterol jahat lebih rendah.
Beda kolesterol darah dan dari makanan
Menurut dokter jantung Parveen Garg, kebanyakan pasien memang takut mengonsumsi telur.
Dalam satu butir telur berukuran besar bisa terkandung 200 mg kolesterol dari kuning telurnya.
Baca juga: 5 Lauk yang Boleh Dimakan Penderita Asam Urat, Termasuk Telur
"Namun teori bahwa makin banyak mengasup makanan mengandung kolesterol akan meningkatkan kolesterol dalam darah perlu dipertanyakan," kata Garg yang tidak terlibat dalam penelitian itu.
Ia menegaskan bahwa lemak jenuh lebih berdampak pada kadar kolesterol. Selain itu, telur memiliki lemak jenuh lebih rendah dibandingkan dengan daging merah atau produk susu.
Fakta bahwa telur seringkali dikonsumsi dengan makanan tinggi lemak jenuh seperti sosis, bacon, dan mentega, juga memperumit persepsi bahwa telur berbahaya.
Tak kalah penting adalah penting untuk memiliki pola makan yang bervariasi, termasuk sumber protein selain telur.
Baca juga: Kuning Telur atau Putih Telur, Mana yang Lebih Sehat?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.