KEMOTERAPI, sebagai pengobatan untuk kanker, telah dikaitkan dengan berbagai mitos dan miskonsepsi selama bertahun-tahun.
Apa saja mitos-mitos tersebut? Apakah Anda salah satu yang memiliki kepercayaan keliru mengenai kemoterapi selama bertahun-tahun?
Pertama, kemoterapi mengakibatkan penyakit infeksi berat. Dahulu, kemoterapi seringkali membuat pasien menjadi rentan terhadap infeksi yang serius, bahkan hingga mengancam nyawa.
Ini disebabkan penekanan sistem kekebalan tubuh (imunosupresi) sehingga tubuh sulit melawan penyakit.
Namun, pada masa kini, hal ini sudah berubah. Pengobatan kemoterapi modern tidak lagi menyebabkan terjadinya imunosupresi.
Aktivitas yang ditekan justru aktivitas dari sumsum tulang (mielosupresi). Akibatnya, produksi sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit, yang merupakan fungsi dari sumsum tulang, menjadi menurun.
Pasien saat ini tidak perlu khawatir akan risiko infeksi yang mengancam nyawa selama menjalani kemoterapi.
Kedua, rambut pasti rontok jika dikemoterapi. Kerontokan rambut seringkali dianggap sebagai efek samping yang tak terhindarkan dari kemoterapi.
Namun tahukah Anda, tidak semua orang pasti mengalami kerontokan rambut. Tingkat dan kecepatan kerontokan rambut juga bervariasi.
Hal ini tergantung pada jenis dan dosis obat kemoterapi yang digunakan. Ada obat kemoterapi tertentu yang cenderung menyebabkan kerontokan dibandingkan obat lainnya.
Ada pasien yang hanya mengalami kerontokan pada sebagian rambut, hanya mengalami penipisan, sementara yang lain mungkin tidak rontok sama sekali.
Meskipun kerontokan rambut umum terjadi, perlu diketahui ini bukan penentu keberhasilan ataupun kegagalan dari kemoterapi.
Ketiga, kemoterapi pasti membuat mual muntah dan penurunan berat badan drastis.
Pernahkah Anda berpikir bahwa kemoterapi selalu mengakibatkan mual dan muntah yang tak tertahankan?
Tahukah Anda, hal itu tidak selalu terjadi! Efek samping kemoterapi berbeda-beda reaksinya pada setiap orang.