Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/07/2024, 11:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Kanker hati merupakan penyebab kematian terbesar kedua di Indonesia setelah kanker paru. Hal ini karena perjalanan kanker hati bersifat kronis atau panjang sehingga penderitanya sering abai dengan kondisi tubuhnya.

"Kanker hati paling banyak disebabkan karena infeksi hepatitis B, karena itu penderita hepatitis B atau orang yang punya riwayat kanker dalam keluarga wajib melakukan pemeriksaan USG hati dan tumor marker secara rutin," papar Prof.Rino A Gani, Sp.PD-KGEH dari RS Pondok Indah Jakarta ini dalam temu media (29/7/2024).

Kanker hati dapat bermula dari berbagai penyakit hati, kemudian mengalami sirosis atau kerusakan kronis, lalu berkembang menjadi kanker.

Prof.Rino A Gani Sp.PD-KGEHDok RSPI Prof.Rino A Gani Sp.PD-KGEH
Terdapat berbagai pilihan pengobatan kanker hati yang saat ini tersedia di Indonesia. Menurut Prof.Rino yang paling ideal adalah tindakan transplantasi hati. Sayangnya transplantasi memiliki banyak keterbatasan.

Baca juga: Bisakah Sirosis Disembuhkan? Berikut Penjelasannya...

"Dengan transplantasi, hati yang kena kanker diangkat lalu diganti baru. Tapi tindakan ini tidak bisa dilakukan pada semua pasien, karena masalah utamanya adalah donor hati dan juga biaya," papar dokter yang menjadi tim inti transplantasi hati di RSUPN Cipto Mangunkusumo ini.

Pilihan yang juga efektif adalah melakukan operasi untuk memotong bagian kanker. Syarat dari tindakan ini adalah kondisi hati pasien masih dalam kondisi yang baik, kanker masih di satu tempat (belum menyebar) atau berada di stadium awal.

Selain operasi, menurut Prof.Rino kanker hati juga bisa diobati dengan melakukan radiofrekuensi ablation (RFA).

"Pada pasien yang tidak bisa dilakukan operasi, bisa dilakukan tindakan ablasi lokal. Tindakan ini umum dipakai karena gampang diterapkan dan juga efektif," paparnya.

Dalam tindakan ini digunakan energi elektromagnetik untuk memanaskan sel-sel kanker.

Baca juga: Pentingnya Vaksin Hepatitis B untuk Mencegah Kanker Hati

Prof.Rino menjelaskan, sel kanker dapat mati di suhu 40-45 derajat. Dalam tindakan RFA, suhu yang digunakan mencapai 80-100 derajat celcius.

Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan jarum ke organ hati melalui dinding perut. Kemudian jarum itu akan melepaskan gelombang radiofrekuensi.

Angka harapan hidup tinggi

Prof.Rino menuturkan, tindakan ablasi sangat efektif membunuh sel-sel kanker. Selain untuk kanker hati, prosedur ini juga bisa untuk mengobati kanker yang sudah menyebar ke hati.

"Penelitian di Jepang menunjukkan setahun setelah tindakan RFA angka harapan hidup pasien mencapai 96,8 persen dan setelah tiga tahun mencapai 80,5 persen," paparnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Prof Rino dan tim dokter pada 2 rumah sakit rujukan kanker di Indonesia menunjukkan angka harapan hidup sedikit lebih rendah, yaitu 79 persen setelah setahun dan 57,8 persen setelah tiga tahun.

"Ini karena sebagian besar pasien di sini datang pada stadium lanjut. Oleh karena itulah deteksi dini sangat penting agar kanker sudah diketahui di stadium awal," tegasnya.

Baca juga: Kenali Kanker Hati, Nomor 3 Penyebab Kematian di Dunia

Deteksi dini juga sangat penting karena tindakan ablasi akan efektif jika ukuran kankernya kurang dari 5 sentimeter alias masih stadium awal.

Meski tindakan ARF akan membakar sel-sel kanker di hati, namun menurut Prof.Rino pasca-tindakan tidak akan memengaruhi fungsi organ hati dalam jangka panjang.

"Sel-sel hati yang sehat memang bisa terbakar, tetapi sel sehat punya daya regenerasi yang bagus. Oleh karena itu tindakan ini bisa dilakukan jika kondisi hati pasien masih bagus," katanya.

Inovasi pengobatan kanker hati lainnya adalah Trans-Arterial Chemo Embolization (TACE). Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien kanker stadium lanjut atau ukuran sel kanker lebih dari 7 sentimeter.

Menurut Prof.Rino, pada dasarnya TACE adalah tindakan memasukkan obat kemoterapi yang bersifat lokal hanya pada sel-sel kanker di hati.

"Dalam tindakan ini dokter akan mencari dulu pembuluh darah yang mengirimkan darah ke sel kanker, lalu disumbat, kemudian obat kemoterapi dimasukkan ke sel kanker," katanya.

Karena langsung menargetkan ke sel tumor, efek samping yang ditimbulkan juga lebih minim dibandingkan pengobatan kanker lain. Angka keberhasilan tindakan ini juga cukup tinggi.

Baca juga: Apakah Hepatitis B Menular? Simak Penjelasannya Berikut...

Inovasi dalam pengobatan kanker ini sudah bisa dilakukan di rumah sakit rujukan kanker pemerintah atau rumah sakit swasta yang lengkap.

Meski pengobatan sudah semakin canggih, namun tetap penting untuk selalu menjaga gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan rutin.

Selain mengidap hepatitis B dan C, faktor risiko kanker hati lainnya adalah orang obesitas, gemar mengonsumsi makanan berlemak tinggi, dan konsumsi alkohol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau