Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Minuman Manis pada Anak Naik, Obesitas Melonjak

Kompas.com - 12/08/2024, 19:02 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Sumber Euronews

KOMPAS.com - Konsumsi minuman manis secara global terus meningkat, seiring dengan makin sering ditemukannya kasus obesitas pada anak.

Anak-anak di seluruh dunia semakin akrab dengan minuman berkalori tinggi dan angka obesitas ikut melonjak. Konsumsi minuman manis paling tinggi ditemukan di Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika Utara.

Pada tahun 2018, anak-anak mengonsumsi rata-rata 3,6 sajian minuman bergula setiap minggu, naik 22,9 persen di tahun 1990.

Penelitian tersebut dilakukan oleh tim gabungan dari Amerika Serikat, Yunani, Kanada, dan Meksiko, yang meneliti tingkat konsumsi minuman dalam tiga dekade di 185 negara.

Obesitas pada anak mengalami peningkatan selama periode tersebut dan saat ini diperkirakan ada 160 juta anak dan remaja yang kelebihan berat badan di dunia.

"Hasil temuan ini seharusnya menjadi alarm peringatan bagi hampir semua negara," kata peneliti senior Dariush Mozaffarian, dalam pernyataannya.

Baca juga: Apa Ciri-ciri Anak Obesitas? Berikut Penjelasan Dokter...

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2023, diperkirakan ada lebih dari 39 juta anak di bawah usia 5 tahun yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas di seluruh dunia. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan dengan beberapa dekade lalu, mencerminkan tren global yang mengkhawatirkan.

Selain itu, WHO juga melaporkan bahwa lebih dari 340 juta anak dan remaja berusia 5 hingga 19 tahun mengalami kelebihan berat badan.

Ada banyak penyebab anak obesitas, tetapi kontributor utamanya adalah gaya hidup yang tidak sehat. Shutterstock/Africa Studio Ada banyak penyebab anak obesitas, tetapi kontributor utamanya adalah gaya hidup yang tidak sehat.

Masalah jangka panjang

Dalam studinya, tim peneliti mengamati minuman berpemanis termasuk softdrink, minuman energi, dan minuman rasa buah. Yang tidak termasuk dalam penelitian ini adalah jus dari 100 persen buah dan sayur, minuman berpemanis buatan tanpa kalori, teh, susu, dan kopi dengan tambahan gula.

Hasil beberapa penelitian sebelumnya telah mengaitkan minuman manis dengan obesitas pada anak-anak yang pada akhirnya memicu berbagai masalah kesehatan di usia dewasa, seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan beberapa jenis kanker.

Baca juga: Bagaimana Hobi Minuman Manis Bisa Jadi Penyebab Gagal Ginjal

"Itu adalah harga yang sangat mahal bagi kesehatan individu, bukan cuma di masa anak-anak tapi dalam jangka panjang, dan tentunya menimbulkan beban ekonomi yang besar," kata pakar kesehatan anak Dr.Berthold Koletzko.

Di antara 25 negara dengan populasi anak-anak terbanyak, Meksiko menduduki pertingkat pertama dalam hal konsumsi minuman manis pada anak-anak di tahun 2018 dengan jumlah 10,1 sajian perminggu, diikuti dengan Uganda 6,9 sajian, Pakistan 6,4 sajian, serta Afrika Selatan dan Amerika Serikat 6,2 sajian.

Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi minuman manis sebenarnya juga tinggi. Data Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan, 50 persen anak-anak usia 3-14 tahun mengonsumsi minuman manis lebih dari satu kali sehari.

Hasil penelitian ini seharusnya mendorong pembuat kebijakan untuk membuat intervensi agar terjadi perubahan perilaku sejak dini dan mencegah dampak kesehatan di masa depan.

Menurut salah satu peneliti, Laura Lara-Castor, intervensi yang diperlukan antara lain memberi pajak atau cukai yang tinggi, aturan dalam label pangan dan pemasaran produk minuman manis, serta membuat langkah-langkah agar anak sekolah tidak gampang mengakses produk tersebut.

“Tren asupan minuman manis yang kita lihat menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat, dan hal ini harus kita tangani demi masa depan populasi yang lebih sehat,” katanya.

Baca juga: Ahli Gizi Ingatkan Ada Bahaya Konsumsi Minuman Manis Setiap Hari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau