KOMPAS.com - Kadar gula darah yang tinggi dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan pada sejumlah organ, termasuk otak. Penuaan otak sendiri bisa terjadi lebih cepat karena diabetes.
Data menunjukkan sekitar 540 juta orang di dunia menderita diabetes, dengan 98 persen diantaranya adalah diabetes tipe 2. Sekitar 720 juta orang memiliki pradiabetes atau kadar gula darah di atas normal tapi belum termasuk diabetes.
Diabetes terjadi ketika produksi hormon insulin yang dibuat tubuh berkurang, atau sel-sel tubuh tidak merespon insulin dengan baik sehingga kadar gula darah menjadi sangat tinggi.
Beberapa studi sebelumnya menunjukkan kaitan antara pradiabetes dan diabetes tipe 2 dengan sejumlah masalah pada otak. Misalnya saja studi tahun 2021 yang mengaitkan pradiabetes dengan peningkatkan risiko penyakit Alzheimer, penurunan fungsi otak, dan juga demensia.
Baca juga: 16 Hal Penyebab Kadar Gula Darah Naik Turun dengan Mudah
"Diabetes memang jadi faktor risiko demensia, namun peran diabetes dan juga pradiabetes pada tahap awal penuaan otak, masih belum jelas," kata Abigail Dove, mahasiswa PhD dari Karolinska Institut di Swedia.
Ia mengatakan, penelitian yang dilakukannya bersama tim untuk mengetahui cara menjaga kesehatan otak pada orang diabetes sangatlah penting.
Hasil penelitiannya antara lain mengungkap bahwa komplikasi diabetes yang terjadi pada pembuluh darah besar dan kecil bisa menyebabkan penuaan pada saraf-saraf otak.
Selain itu, peneliti juga menemukan adanya jarak antara usia otak dengan usia kronologis pada penderita diabetes. Dengan kata lain, usia otak jadi lebih tua dari usia kronologis seseorang.
Dikutip dari Alzheimer.org.uk, disebutkan bahwa risiko demensia lebih tinggi seiring dengan durasi diabetes. Jika diabetes dimulai di usia muda, maka risikonya menjadi lebih tinggi.
Penyakit alzheimer merupakan tipe spesifik dari demensia (penurunan fungsi otak) yang memengaruhi daya ingat, cara berpikir, dan berperilaku.
Alzheimer akan merusak sel-sel saraf otak manusia secara perlahan sehingga daya kerjanya menjadi menurun. Dalam jangka panjang, kondisi ini akan mengganggu aktivitas sehari-sehari dari penyintas karena sifatnya yang terus memburuk.
Baca juga: Menjalani Masa Tua Tanpa Demensia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.