KOMPAS.com - Di bandingkan satu dekade terakhir, balita di zaman sekarang punya banyak pilihan untuk menatap layar selain televisi, yakni tablet, ponsel, hingga laptop.
Walau begitu, lebih banyak pilihan bukan berarti anak boleh memiliki screen time atau menatap layar lebih lama.
Asosiasi dokter anak Amerika (American Academy of Pediatrics) merekomendasikan screen time yang minimal, bahkan tidak boleh, untuk anak berusia kurang dari 18 bulan.
Untuk anak usia 18-24 bulan masih harus diminimalkan atau jika terpaksa wajib didampingi orangtua atau pengasuhnya. Sedangkan untuk anak usia 2-5 tahun seharusnya kurang dari satu jam screen time sehari.
"Anak kecil butuh interaksi dua arah. Tidak ada manfaat yang didapat anak di bawah dua tahun saat menatap layar gawai atau televisi," kata dokter anak Noah Schwartz.
Ia menjelaskan, untuk mendukung perkembangan bayi usia di bawah dua tahun, anak perlu melihat lingkungan sekitarnya.
"Anak belajar dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitar mereka. Mereka mencari hubungan yang responsif dan emosional, serta mencoba memahami isyarat sosial. Hal itu tidak benar-benar ada saat screen time,” paparnya.
Baca juga: Paparan Gadget Terlalu Lama Bisa Jadi Penyebab Tantrum pada Anak
Gejala kelebihan screen time
Memang tidak mudah untuk menentukan apakah seorang balita sudah kelebihan screen time, karena tidak semua anak menunjukkan gejala yang khas.
Selain melihat durasinya, ada sejumlah gejala yang perlu diwaspadai jika anak kebanyakan menatap layar:
- Kurang aktif
Anak yang keasyikan menatap layar tentunya akan lebih jarang bergerak. Mereka lebih malas melakukan aktivitas. Padahal, aktif secara fisik sangat dibutuhkan balita.
"Anak yang kurang bergerak, jarang main keluar, tidak terpapar matahari, akan berpengaruh pada kesehatan tubuhnya," kata Schwartz seperti dikutip dari Cleveland Clinic.
- Tidur terganggu
Tidur yang cukup sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan anak. Namun, stimulasi terus menerus dari gawai bisa membuat anak kurang tidur. Penelitian juga menunjukkan bahwa paparan sinar dari layar gawai bisa mengurangi kualitas tidur.
Baca juga: Anak Juga Bisa Kolesterol Tinggi, Ini Bahayanya
- Sakit kepala dan mata kering
Terlalu lama memakai gadget juga bisa menyebabkan keluhan fisik seperti sakit kepala dan juga mata kering.
- Kemampuan komunikasi kurang
Kemampuan komunikasi anak perlu dilatih agar mereka bisa memberi tahu apa yang mereka inginkan dan tidak inginkan. Sayangnya, waktu bermain gawai tidak membantu menumbuhkan kemampuan komunikasi tersebut.
"Mereka hanya menonton sesuatu. Seharusnya mereka belajar bagaimana reaksi orangtuanya saat berada di situasi tertentu atau seperti apa orang dewasanya bersikap saat sesuatu terjadi. Hal ini akan memengaruhi kecerdasan emosional dan cara mereka beradaptasi di dunia yang terus berubah," katanya.
- Gangguan mengatur emosi
Pada banyak kasus, screen time akan berpengaruh pada emosi anak. Misalnya saja, balita menjadi sering tantrum. Selain itu, rentang perhatian dan fungsi berpikir anak juga ikut berkurang.
- Kemampuan bahasa kurang berkembang
Penelitian terbaru di University of Tartu, Estonia, menyebutkan, anak-anak dengan screen time lebih lama mengalami perkembangan keterampilan bahasa yang lebih lambat. Penguasaan kosakata dan struktur tata bahasa mereka juga lebih rendah.
Baca juga: Termasuk Kurang Stimulasi, Ini Penyebab Anak Balita Terlambat Bicara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.