Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paparan Gadget Terlalu Lama Bisa Jadi Penyebab Tantrum pada Anak

Kompas.com - 27/04/2024, 10:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Pernahkah Anda menjumpai anak menangis, marah, atau meronta-ronta saat gadget-nya diminta atau waktu screentime-nya berakhir?

Ternyata, kondisi tersebut termasuk bentuk tempered tantrum pada anak.

Dokter spesialis anak Dr. dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A (K) mengemukakan bahwa paparan gadget terlalu lama bisa menjadi penyebab tantrum pada anak karena screentime bisa mengubah perilaku si kecil menjadi negatif.

"Anak yang menonton atau mendapatkan paparan gadget lebih dari 20 menit, 66 persen mengalami tempered tantrum, karena penggunaan atau paparan gadget terlalu lama akan mengubah perilaku menjadi negatif," kata dokter Trisna pada diskusi daring yang diselenggarakan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (23/4/2024).

Baca juga: 4 Makanan Penyebab Anak Tantrum, Termasuk Camilan Tinggi Gula

Ia menjelaskan bahwa anak-anak bisa tantrum karena tidak suka ada perubahan mendadak saat melakukan hal yang disukai, yang terjadi ketika orang tua meminta anak melakukan aktivitas lain semasa asyik bermain menggunakan gawai.

Selain itu, Trisna juga memaparkan penyebab tantrum lainnya, yaitu anak mengalami infeksi, gangguan tidur, lelah, atau lapar serta belum punya keterampilan menanggulangi perasaan sendiri.

Dokter lulusan Universitas Udayana itu mengatakan bahwa tantrum dapat terjadi pada anak usia 18 bulan sampai empat tahun.

Menurut dia, lama dan frekuensi tantrum akan berkurang seiring dengan pertambahan usia anak.

Dalam kesempatan yang sama, Trisna menjelaskan bahwa tantrum adalah bagian dari perkembangan emosional normal pada anak, tetapi bisa menjadi abnormal jika berlanjut dan tidak diintervensi.

Oleh sebab itu, ia mengatakan, penting bagi para orang tua untuk mengetahui tahapan perkembangan emosional anak berdasarkan usia.

Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Anak Tantrum? Ini Penjelasan Ahli...

Menurut dia, anak pada usia 15 bulan sudah bisa merasakan kesedihan dan emosi orang lain, pada usia 22 bulan sudah bisa menentang jika dilarang, dan pada usia dua tahun sudah bisa mengendalikan emosi.

"Usia tiga tahun sudah bisa berbagi dengan orang lain tanpa diminta, empat tahun sudah bisa menunjukkan rasa bahagia, takut, marah, karena perkembangan emosional sudah terbentuk dengan baik," katanya.

Ia mengatakan bahwa saat mengalami tantrum 86 persen anak menangis, 40 persen anak berteriak, dan 13 persen anak merengek.

Tantrum yang berat, sering terjadi, dan berlangsung lama, menurut dia, bisa jadi merupakan indikasi adanya masalah internalisasi dalam mengontrol emosi dan masalah eksternalisasi dalam bersikap kepada orang lain.

Dia menyarankan orang tua membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk menjalani pemeriksaan jika anak mengalami tantrum lebih dari 15 menit lebih dari lima kali dalam sehari, melukai diri sendiri dan orang lain saat tantrum, dan suasana hatinya tidak segera kembali normal setelah tantrum.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau