Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Remaja Sebaiknya Tak Menikah Dini? Ini Kata Psikolog

Kompas.com - 09/10/2024, 10:38 WIB
Khairina

Editor

Sumber Antara

KOMPAS.com - Remaja tidak dianjurkan untuk menikah di usia dini karena mereka perlu mengenali lima konsep diri masing-masing, mulai dari kompetensi skolastik hingga tingkah laku sebagai bekal mereka menuju tahap dewasa nanti.

"Kenapa anak usia remaja tidak dianjurkan menikah? Karena di usia tersebut, tugas mereka adalah mengembangkan konsep diri yang positif," kata Psikolog Klinis Anak dan Remaja Reti Oktania M.Psi.Reti, Selasa (9/10/2024) seperti ditulis Antara.

Baca juga: Kenali Dampak Fisik dan Psikologis Pernikahan Dini

Reti menambahkan, anak remaja harus tahu dirinya memiliki kompetensi di mana.

Terdapat 5 konsep diri yang perlu diketahui dan dikembangkan anak serta remaja untuk membantu mereka di tahap dewasa nanti, yaitu kompetensi skolastik, penerimaan sosial, kompetensi atletik, penampilan diri, dan tingkah laku.

"Ketika remaja telah menginjak usia dewasa, mereka sudah siap untuk bertanggung jawab atas pilihan masing-masing, termasuk menikah, karena sudah dibekali dengan lima konsep diri yang telah dilakukan sebelumnya," ujarnya.

Sebaliknya, remaja yang melakukan pernikahan dini umumnya belum mengenali konsep diri mereka dengan tepat, sehingga berdampak saat mereka telah menjadi orang tua.

"Otak depan manusia baru matang di usia 24 atau 25 tahun, otak depan itu berfungsi sebagai decision making untuk mengambil keputusan bertanggung jawab, makanya banyak orang tua yang belum siap, tapi sudah punya anak (salah satunya karena pernikahan dini)," kata psikolog yang tergabung dalam Ikatan Konselor Menyusui Indonesia itu.

Baca juga: Dampak Pernikahan Dini pada Remaja Putri Tingkatkan Risiko Depresi

"Kalau dia menikah (di usia dini), dia nggak punya lagi kesempatan olahraga, main sama teman sebayanya karena langsung dikasih tugas menikah," sambungnya.

Ada dua faktor utama terjadinya pernikahan dini baik pada remaja maupun anak, yaitu masalah ekonomi dan kurangnya akses pendidikan.

Di Indonesia, kasus pernikahan dini masih banyak terjadi, terutama di pelosok daerah karena dua masalah utama di atas.

Oleh sebab itu, Reti menilai perlu adanya andil berbagai pihak untuk memutus rantai pernikahan dini di Indonesia, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga orang tua dalam memberikan akses pendidikan serta informasi yang diperlukan bagi anak dan remaja demi masa depan yang lebih baik.

"Pendidikan seksual, dan seberapa siap mental mereka untuk menikah juga perlu dijelaskan. Pemerintah juga perlu memerhatikan kesejahteraan ekonomi, pemerataan pendidikan, dan akses informasi bagi masyarakat agar bisa memutus rantai pernikahan dini," kata dia.

Reti pun berpesan agar para remaja dan anak-anak di Indonesia dapat mengembangkan potensi diri semaksimal mungkin, tanpa perlu melakukan pernikahan dini.

Dengan begitu, mereka dapat meraih masa depan yang lebih baik dan semakin mencintai diri mereka sendiri.

"Anak-anak remaja yang saya sayangi banget, kalian terlahir di dunia pasti punya makna, sebelum kalian dewasa yuk sama-sama cari identitas kalian, "apa sih makna diri saya di dunia?" melalui pendidikan, sosialisasi, dan menjaga diri supaya kamu lebih mencintai diri kamu dan terus berbuat baik dengan sesama," kata Reti mengakhiri percakapan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau