KOMPAS.com - Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka panjang pada pengidap diabetes bisa menyebabkan sejumlah komplikasi, termasuk hilangnya penglihatan. Kondisi ini disebut juga dengan retinopati diabetik.
Menurut data, diabetes adalah penyebab utama kebutaan pada orang dewasa berusia 20-74 tahun. Jika tidak ditangani, estimasi beban pembiayaan total akibat retinopati diabetik (RD) di Indonesia diperkirakan naik jadi Rp 128 triliun di tahun 2025, dari sebelumnya Rp 38 triliun.
Dipaparkan oleh Prof.M Bayu Sasongko Sp.M(K), meningkatnya jumlah pengidap diabetes dengan usia lebih muda akan meningkatkan komplikasi diabetes di masa mendatang, termasuk peningkatan kasus RD yang diperkirakan akan mencapai 5 juta orang di tahun 2025.
"Retinopati diabetik dapat dialami oleh siapa pun yang menderita diabetes tipe 1 atau 2, terutama yang kadar gula darahnya tidak terkontrol dan telah menderita diabetes dalam waktu lama," papar Prof.Bayu dalam wawancara secara daring (10/10/2024).
Kadar gula darah yang tinggi pada akhirnya akan mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah retina mata, terutama di jaringan yang sensitif terhadap cahaya. Selain RD, komplikasi lain terhadap penglihatan adalah mempercepat timbulnya katarak dan juga glaukoma.
Baca juga: Apa yang Terjadi jika Gula Darah Tinggi? Ini Ulasannya...
Risiko gangguan mata pada pasien diabetes akan semakin besar seiring dengan lamanya diabetes yang diderita. Pada seseorang yang mengalami diabetes selama 10 tahun hampir 50 persen berisiko mengalami gangguan penglihatan. Sementara pada pasien yang sudah mengalami diabetes sampai 20 tahun, sebanyak 60 persen mengalami risiko gangguan penglihatan.
Pada awalnya RD tidak menunjukkan gejala, atau gejala ringan. RD bisa menyebabkan bintik melayang dan penglihatan samar.
Kebutaan akibat RD sebenarnya bisa dicegah dan diobati dengan pemeriksaan rutin, terutama mata minimal setahun sekali. Sayangnya, 75 persen penderita diabetes belum pernah menjalani pemeriksaan mata.
Hari Penglihatan Sedunia 2024 yang diperingati setiap tanggal 10 Oktober menjadi momentum bagi Kementrian Kesehatan bersama pemangku kepentingan untuk meluncurkan Peta Jalan Upaya Kesehatan Penglihatan 2025-2030.
Peta jalan tersebut merupakan revisi dari versi sebelumnya dengan memasukkan penanganan masalah kesehatan mata yaitu retinopati diabetik.
Baca juga: 7 Tips Mencegah Retinopati Diabetik bagi Penderita Diabetes
"Peta jalan yang baru kita luncurkan ini memfokuskan pada penemuan awal melalui deteksi dini, sehingga retinopati bisa diobati di awal. Ini tidak mudah karena akan membutuhkan kolaborasi pentaheliks dengan berbagai pihak yaitu pemerintah, pelaku, hingga masyarakat," ujar Prof.Bayu.
Salah satu upaya untuk mengintegrasikan kegiatan promotif, deteksi dini, hingga tata laksana penyakit mata diabetes, dibentuk juga konsorsium kesehatan mata diabetik.
Menurut Prof.Bayu, konsorsium ini penting untuk mendukung peta jalan kesehatan penglihatan yang baru, dengan menitikberatkan pada upaya promotif, deteksi dini, dan screening.
"Karena kalau menunggu dari atas, kasus retinopati diabetik terlanjur banyak. Kita akan membentuk program skrining di fasilitas-fasilitas kesehatan tingkat pertama," paparnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.