Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/10/2024, 09:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Keputihan pada ibu hamil memang hal yang wajar. Walau begitu ada kondisi keputihan tertentu yang perlu diwaspadai, yaitu bacterial vaginosis yang bisa meningkatkan risiko persalinan prematur, bahkan keguguran.

Keputihan yang disebut normal adalah keluarnya cairan encer, berwarna putih agak bening, tidak menimbulkan gatal, serta tidak berbau. Kondisi ini terjadi karena perubahan hormonal selama kehamilan.

Sedangkan keputihan yang perlu diwaspadai seperti bacterial vaginosis (BV) atau akibat bakteri lain, biasanya akan memiliki tekstur lebih kental, berwarna kehijauan, berbau menyengat, serta disertai rasa sakit saat buang air kecil.

BV terjadi karena terganggunnya keseimbangan mikrobiota pada vagina sehingga bakteri anaerob yang bersifat patogen lebih mendominasi.

Dijelaskan oleh dr.Leo Simanjuntak Sp.OG, Faktor risiko utama terjadinya BV adalah kebiasaan mencuci vagina (vaginal douching). Padahal, menurutnya tindakan tersebut tidak diperlukan.

Baca juga: Dokter: Sering Mencuci Vagina dengan Sabun Khusus Sebabkan Keputihan

"Vagina adalah organ yang bisa membersihkan dirinya sendiri. Dalam kondisi normal flora vagina 90 persen didominasi oleh bakteri Lactobasillus yang bermanfaat. Bila keseimbangan ini terganggu bakteri yang bersifat patogen mendominasi, terjadilah BV," katanya dalam diskusi ilmiah di Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Bidan Indonesia 2024 di Jakarta (19/10/2024).

Berdasarkan penelitian di Medan angka keputihan pada ibu hamil lebih tinggi dibanding populasi perempuan pada umumnya.

"BV saat kehamilan masih jadi persoalan karena meningkatkan risiko abortus, persalinan prematur, dan infeksi di masa nifas," ujar dokter yang menjadi dekan di Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Pemantang Siantar Sumatera Utara ini.

Keputihan jenis BV bisa membahayakan persalinan karena infeksinya akan menimbulkan peradangan sehingga memicu kontraksi prematur pada rahim.

Selain itu, infeksi NV juga bisa naik ke organ reproduksi yang lebih dalam.

"Bisa terjadi koriamnionitis atau endometriosis. Koriamnionitis adalah infeksi serius yang terjadi pada rahim, kantung ketuban, bahkan bisa mengenai janin. Ada pun endometriosis adalah infeksi pada lapisan dinding rahim," paparnya.

Baca juga: Gejala Gonore pada Wanita, Bisa Sebabkan Keputihan Lebih Banyak

Pencegahan dan pengobatan

Keputihan BV dapat diobati dengan pemberian antibiotik oleh bidan atau dokter, baik yang dioleskan atau diminum dalam jangka waktu tertentu.

Meski begitu, menurut dr.Leo sekitar 80 persen kasus BV akan mengalami kekambuhan. Karenanya perlu dilakukan pencegahan, mulai dari menjaga kebersihan dan kelembaban vagina, hingga konsumsi probiotik.

Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Muhammadiah Malang, Jawa Timur, diketahui bahwa pemberian probiotik sebagai tambahan dari terapi standar pada pasien BV akan meningkatkan angka kesembuhan dan menurunkan kekambuhan.

"Pemberian probiotik minimal satu bulan dan hasil yang optimal akan dicapai dengan pemberian probiotik selama 6 bulan," papar dr.Leo.

Terkait pencegahan keputihan, dr.Leo menegaskan pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) minimal 6 kali selama kehamilan.

"Tidak cuma keputihan, tapi juga akan diperiksa kondisi keseluruhan termasuk tekanan arah atau gula darah. Kalau ada keluhan juga bisa diberitahukan sehingga sedini mungkin diobati," ujarnya.

Baca juga: Apa Itu Endometriosis dan Konsekuensinya Terhadap Kehamilan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau