KOMPAS.com - Kesulitan tertentu yang dihadapi seseorang di masa dewasa memang tak selalu terkait dengan pengalaman di masa kanak-kanak.
Pola asuh yang sama pun terkadang bisa berdampak sangat berbeda pada seseorang, atau sebaliknya anak-anak dengan kehidupan rumah yang sama sekali berbeda dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang punya kesamaan pola emosional atau perilaku.
Meski demikian, penelitian secara konsisten menemukan bahwa pengalaman sulit dalam keluarga asal seseorang meningkatkan risiko berbagai masalah di kemudian hari. Pola asuh di masa kecil berdampak jangka panjang.
Menurut Seth J.Gillihan PhD, pengalaman sulit dalam keluarga bisa berupa orangtua mengalami penyakit berat dan menahun, atau anak menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga.
"Bagi yang lain, stres masa kecil datang dalam bentuk lingkungan yang kacau, seperti rumah yang tidak teratur dan terlalu menstimulasi, serta kurangnya struktur dan rutinitas keluarga," paparnya seperti dikutip dari Psychology Today.
Tumbuh besar dalam kondisi keluarga yang demikian tentu berpengaruh pada kondisi psikologis anak. Para pakar parenting menegaskan, keteraturan dan juga rutinitas sangat dibutuhkan anak-anak sebab hal itu membuat anak merasa tenang, aman, dan juga membangun rasa percaya pada orangtua dan lingkungannya.
Baca juga: 4 Tipe Pola Asuh Anak, Mana Lebih Baik?
Berikut adalah beberapa dampak yang membekas saat dewasa karena dibesarkan dengan kesulitan dan tantangan keluarga:
- Susah rileks
Kamu mungkin punya dorongan untuk selalu bersikap produktif. Jika ada waktu luang, kamu akan mencari sesuatu untuk dikerjakan. Bersikap rileks terasa menurunkan pertahanan dan membuat tidak aman.
- Susah percaya
Sejak kecil kamu sudah belajar bahwa orang yang bisa dipercaya adalah diri sendiri. Kamu tidak bisa bergantung pada orang lain dan merasa mereka suatu saat akan mengecewakan, walau mereka selalu mendukung.
- Mengantisipasi hal buruk
Pada hampir semua aspek kehidupan, kamu selalu siap menantikan ada hal buruk terjadi. Terkadang, ketika semua berjalan baik-baik saja, kamu justru tidak nyaman. Kamu menunggu ada kejadian buruk, seperti ketika yang terjadi saat kecil.
- Tak nyaman dengan emosi yang kuat
Emosi yang kamu rasakan atau orang lain, baik yang negatif seperti amarah atau kesedihan, serta yang positif seperti kegembiraan, membuat kamu tidak nyaman. Kamu mungkin telah belajar sejak usia dini bahwa emosi yang kuat sering kali tidak berakhir dengan baik, jadi kamu lebih suka berada dalam rentang yang cukup netral.
Baca juga: Mengatasi Rasa Kurang Percaya Diri karena Tidak Fotogenik
- Bekerja keras mencegah masalah
Kamu sangat berhati-hati pada emosi yang dirasakan orang-orang di sekitar. Selain itu, kamu juga berusaha keras mencegah timbulnya masalah sebelum jadi besar. Kamu selalu berusaha menemukan keamanan dan kestabilan yang didambakan sejak kecil.
- Tidak bahagia
Kesulitan yang dihadapi sejak kecil cenderung membuat kepuasan hidup di usia dewasa berkurang. Bisa karena kekecewaan dengan bagaimana semua berjalan atau karena tidak bisa menikmati hal baik dalam hidup.
Jika kamu menemukan ciri-ciri tersebut dalam diri, jangan khawatir: kamu tidak sendirian. Meskipun terkadang kamu merasa hancur, kamu juga memiliki kekuatan yang luar biasa.
"Meskipun menghadapi tantangan sejak kecil, Anda berhasil bertahan. Dan lebih dari itu: Anda telah mendapatkan teman dan menemukan cara untuk menikmati hidup dan belajar apa artinya mencintai," kata Gillihan.
Setelah melalui semua hal, kamu tetap maju, seperti yang dilakukan sekarang—bahkan pada hari-hari gelap ketika hati kamu merasa hancur dan akan sangat mudah untuk menyerah. Tapi kamu belum menyerah. Bertahan dalam menghadapi tantangan ini adalah tanda keberanian dan kekuatan.
Baca juga: Ini Dampak Psikologis Anak Korban Kekerasan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.