Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Bayi yang Lahir Caesar Punya Sistem Imun Rendah

Kompas.com - 20/11/2024, 16:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Persalinan dengan operasi caesar (c-section) terus meningkat di seluruh dunia. Meski metode persalinan ini bisa menyelamatkan nyawa ibu dan bayi, tetapi persalinan ini juga dikaitkan dengan sistem imun yang lebih rendah dan memengaruhi kesehatan bayi jangka panjang.

Data tahun 2018 menunjukkan, 3 dari 10 anak di dunia dilahirkan melalui operasi caesar dan diperkirakan akan terus meningkat. Di Indonesia, jumlah rata-rata operasi caesar 25,8 persen.

Operasi caesar dapat menimbulkan risiko kesehatan secara jangka pendek maupun panjang terhadap ibu, anak, serta kehamilan selanjutnya.

Berbagai penelitian menunjukkan, bayi yang lahir secara cesar memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Hal ini salah satunya karena tidak adanya paparan bakteri baik dari jalan lahir.

Dampak dari persalianan caesar terhadap kesehatan jangka panjang anak ini menjadi salah satu isu kesehatan yang dibahas dalam sesi pertemuan ilmiah Expert Scientific Lecture yang diadakan di Pusat Riset dan Inovasi Global Danone di Utrecht, Belanda pada 18 November 2024 yang juga diikuti oleh Kompas Health.

Baca juga: 4 Komplikasi yang Rentan Dialami Wanita Pasca-caesar

Peneliti bidang pencernaan pediatrik, Dr.Thomas Ludwig menerangkan, paparan bakteri baik dari jalan lahir sangat penting untuk membangun mikrobiota usus sehat yang berfungsi sebagai fondasi awal untuk sistem imun.

"Absennya paparan bakteri baik ini bisa berdampak jangka pendek seperti peningkatan risiko alergi pada bayi, misalnya eksim atau alergi makanan. Sedangkan dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko penyakit tidak menular hingga gangguan pemusatan perhatian," katanya.

Pakar alergi dan imunologi Prof.Anang Endaryanto Sp.A(K).KOMPAS.com/Lusia Kus Anna Pakar alergi dan imunologi Prof.Anang Endaryanto Sp.A(K).

Mikrobiota usus bayi yang lahir caesar cenderung kurang beragam dan didominasi oleh bakteri yang kurang menguntungkan misalnya dari lingkungan rumah sakit yang berisiko mengganggu keseimbangan bakteri di dalam usus (disbiosis) pada anak.

Pakar alergi dan imunologi anak Prof.Anang Endaryanto Sp.A menjelaskan, disbiosis atau terganggunya keseimbangan imunitas dan sistem proteksi bisa berdampak serius pada kesehatan, termasuk meningkatkan risiko penyakit autoimun hingga gangguan perilaku.

Baca juga: Alergi Susu Sapi pada Anak Bisa Dicegah Sejak Dalam Kandungan

"Saat manusia lahir, sistem kekebalan tubuhnya harus bisa berkembang ke arah keseimbangan imunitas dan proteksi. Percepatan perkembangan imunitas terutama di satu tahun pertama ini akan berkorelasi dengan perkembangan otak anak," paparnya di acara yang sama.

Oleh karena itu penanganan disbiosis (ketidakseimbangan mikrobiota) usus pada anak harus segera dilakukan karena hal ini sangat penting bagi pertumbuhannya.

Prof.Anang menegaskan salah satu cara untuk memperbaiki daya tahan tubuh dan mengembalikan keseimbangan mikrobiota usus bayi yang lahir caesar adalah dengan pemberian ASI eksklusif.

"Pemberian ASI pada bayi yang lahir caesar adalah salah satu upaya mitigasi untuk mengurangi risiko alergi dan juga mengembalikan keseimbangan bakteri di usus," ujarnya.

ASI mengandung kombinasi prebiotik (nutrisi untuk bakteri baik) dan probiotik (bakteri baik) yang dapat membantu meningkatkan jumlah bakteri baik dalam usus.

Meski tidak bisa sama dengan ASI, tetapi pada ibu yang tidak dapat memberikan ASI pilihan susu formula dengan kandungan synbiotik (probiotik dan prebiotik) dapat membantu meningkatkan keseimbangan mikrobiota usus bayi.

Baca juga: Dampak Rokok Terhadap Perkembangan Neurologis Anak Balita

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau