Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cukupi Serat Probiotik untuk Cegah Susah BAB pada Anak

Kompas.com - 16/12/2024, 10:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Konstipasi alias susah buang air besar (BAB) merupakan masalah yang umum pada anak. Di Indonesia diperkirakan satu dari tiga anak balita mengalami konstipasi.

Konstipasi pada balita disebabkan oleh banyak faktor, seperti pergerakan usus yang lambat, perubahan pola makan, menunda buang air besar karena sedang bermain, sengaja menahan buang air besar karena punya pengalaman buruk pada saat proses toilet training dan perubahan lingkungan toilet, atau takut menggunakan toilet umum.

Menurut dr.Ezy Barnita Sp.A(K), konstipasi bisa dicegah dengan mencukupi asupan serat probiotik dari makanan sehari-hari.

“Kurangnya asupan serat prebiotik akan membuat feses yang dihasilkan oleh saluran pencernaan menjadi lebih keras dan sulit dikeluarkan oleh tubuh," kata dr.Ezy dalam siaran pers.

Orangtua sering mengasumsikan kalau konstipasi akan menghilang dengan sendirinya. Namun menurut studi, banyak anak-anak yang masih mengalami konstipasi hingga remaja dan dewasa.

Baca juga: Sama-sama Baik untuk Pencernaan, Apa Beda Prebiotik dan Probiotik?

Konstipasi pada anak-anak tidak dapat dianggap sepele. Saat awal keluhan konstipasi menimbulkan gejala seperti sakit perut, anak menolak makan, tidur terganggu karena anak lapar, selain menjadi lebih rewel.

Apabila dibiarkan, kondisi ini dapat memicu perubahan perilaku seperti mudah tersinggung, agresif, kasar, bahkan tantrum akibat anak tidak lancar buang air besar.

"Masalah ini juga dapat menyebabkan gejala fisik seperti kelesuan serta nafsu makan yang buruk pada anak," ujar dr.Ezy.

Sembelit perlu dicegah dengan asupan serat prebiotik yang cukup dan monitor frekuensi BAB si Kecil setiap hari.

Monitoring jadwal BAB secara rutin akan membuat orang tua menyadari saat ada gejala mendekati konstipasi, misalnya tekstur feses mulai keras meskipun masih BAB rutin, atau BAB mulai jarang meskipun tekstur pupnya masih lunak.

Prebiotik berperan dalam mendukung pertumbuhan dan aktivitas mikrobiota usus (bakteri baik), yang kemudian dapat memberikan dampak positif pada perbaikan konsistensi feses, jumlah waktu buang air besar, dan kembung.

Menurut dr.Ezy, prebiotik bisa dipenuhi dari makanan alami seperti buah-buahan, sayur-mayur, kacang-kacangan, serta beberapa jenis sayuran akar seperti umbi-umbian dan wortel.

Selain itu, prebiotik juga bisa diperoleh dari susu pertumbuhan yang terfortifikasi khusus dengan rasio prebiotic yang tepat.

Baca juga: Serat Bermanfaat Kurangi Risiko Penyakit Apa Saja? Ini Ulasannya...

"Salah satu serat prebiotik yang sudah teruji klinis untuk mendukung kesehatan pencernaan adalah FOS:GOS 1:9,” tambah dr. Ezy.

Serat prebiotik dengan kombinasi FOS:GOS 1:9 ini telah teruji klinis mampu menjaga kesehatan pencernaan Si Kecil sehingga konsistensi feses anak tetap lunak, mendukung kebiasaan buang air besar menjadi lebih teratur.

Monitoring BAB

Memahami pentingnya monitoring BAB secara rutin, Nutricia Research mengembangkan model Artificial Intelligence (AI) yang dapat membantu orang tua untuk melakukan monitoring pup dengan lebih mudah.

“Tim Nutricia di Eropa dan Asia sudah mengembangkan model AI yang dapat mengecek pup si Kecil dengan akurasi lebih dari 95 persen," kata Dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK., Medical & Scientific Affairs Director Danone Indonesia.

Inovasi yang telah dikembangkan tersebut adalah ‘Bebejourney AI Poop Tracker’ yang merupakan tools berbasis AI pertama di Indonesia dengan fitur canggih untuk membantu para orang tua memantau kesehatan pencernaan Si Kecil secara mandiri di rumah.

Baca juga: Kapan Sembelit pada Anak Perlu Dikhawatirkan?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau