Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta-fakta HMPV: Penemuan Kasus, Penularan, Gejala, Pencegahan, dan Pengobatan

Kompas.com - 12/01/2025, 15:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CDC, WHO

KOMPAS.com - Pada akhir 2024 dan awal tahun ini, human metapneumovirus (HMPV) menjadi sorotan publik internasional, termasuk di Indonesia.

Kabar peningkatan kasus infeksi HMPV di China lima tahun setelah pandemi Covid-19 memberi kekhawatiran.

Namun, dipastikan bahwa peningkatkan kasus infeksi HMPV di China bersifat terkendali dan penyakit yang diakibatkannya seperti flu biasa yang muncul musiman.

Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan hal itu pada Senin (6/1/2025) bahwa peningkatan kasus HMPV dan flu musiman lainnya di musim dingin biasa terjadi di negara empat musim seperti China.

Baca juga: WHO: Peningkatan Kasus HMPV di Musim Dingin Hal Biasa

"Saya sudah lihat datanya, yang naik di China itu virusnya bukan HMPV, tapi melainkan tipe H1N1 atau virus flu biasa. HMPV itu ranking nomor tiga di China dari sisi prevalensi," kata Budi dalam rilisnya.

Dalam kesempatan itu, Budi juga menegaskan bahwa HMPV bukanlah virus yang memiliki tingkat kematian tinggi, meski bisa menyebabkan penyakit parah seperti bronkitis dan pneumonia.

Sebagian besar kasusnya menyebabkan penyakit flu biasa yang akan pulih sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus.

Dari laporan HMPV yang sempat menjadi sorotan, kita bisa mengambil pelajaran untuk mengetahui lebih lanjut tentang virus ini.

Mengetahui tentang HMPV, mulai dari karakteristiknya, cara virus ini menular dari satu orang ke orang lain, dan bagaimana mengobatinya, bisa membantu kita untuk lebih waspada dan tahu cara menghadapinya.

Baca terus artikel ini yang akan mengulas fakta-fakta tentang HMPV.

Baca juga: IDI Sebut 3 Kondisi yang Memungkinkan Indonesia Kena HMPV

Penemuan kasus HMPV

Merujuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), human metapneumovirus atau HMPV adalah virus yang termasuk dalam famili Pneumoviridae, bersama virus pernapasan lain seperti respiratory syncytial virus (RSV).

Virus ini pertama kali diidentifikasi pada 2001 di Belanda dan telah menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia.

HMPV menjadi perhatian dunia karena kemampuannya menyebabkan infeksi saluran pernapasan, mulai dari gejala ringan hingga berat.

Virus ini biasanya menyebabkan gejala seperti flu atau pilek.

Namun, seberapa parah seseorang bisa sakit akibat infeksi HMPV bergantung pada banyak hal, termasuk kesehatan orang terinfeksi.

Meskipun siapa pun dapat terinfeksi virus ini, bayi, orang dewasa yang lebih tua, dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan seperti imunosupresi, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan asma memiliki risiko lebih tinggi untuk penyakit parah.

HMPV paling umum menjadi penyebab infeksi saluran pernapasan atas pada bayi dan anak di bawah usia 5 tahun.

Dengan demikian, orang dengan kelompok berisiko dan petugas kesehatan memerlukan perhatian ekstra untuk melindungi diri dari infeksi HMPV.

Penularan HMPV

Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), HMPV menyebar melalui droplet yang dihasilkan saat seseorang batuk, bersin dan berbicara.

Selain itu, kontak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi juga dapat menjadi jalur penularan.

Sementara, penularan HMPV diperkirakan masif saat musim dingin hingga musim semi tiba.

Penelitian menunjukkan bahwa di wilayah beriklim sedang, HMPV menyebar di akhir musim dingin dan musim semi, bersamaan dengan virus pernapasan umum lainnya seperti flu musiman dan RSV.

Situasi ini menggarisbawahi pentingnya menjaga kebersihan dan menghindari kontak erat dengan orang yang sakit, terutama saat musim dingin.

Baca juga: HMPV Tidak Berpotensi Pandemi, Risiko Fatal Lebih Rendah dari Covid-19

Gejala infeksi HMPV

Gejala penyakit yang disebabkan oleh HMPV mirip dengan infeksi pernapasan lain, seperti flu biasa atau RSV.

Menurut WHO, gejala infeksi HMPV yang umum dilaporkan meliputi:

  • Batuk
  • Demam
  • Sakit tenggorokan
  • Hidung meler atau tersumbat
  • Nyeri badan
  • Sakit kepala

Pada beberapa orang yang rentan terinfeksi HMPV, seperti bayi, lansia, atau orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah (seperti orang dengan penyakit kronis), infeksi virus ini bisa menyebabkan penyakit lebih parah, seperti pneumonia dan bronkitis.

Gejala infeksi HMPV yang lebih parah meliputi:

  • Mengi
  • Kesulitan bernapas
  • Nyeri dada
  • Pusing
  • Kelelahan parah
  • Dehidrasi
  • Demam terus-menerus yang tidak kunjung membaik.

Anda bisa mulai merasakan gejala infeksi HMPV 3-6 hari setelah terinfeksi, seperti yang dikutip dari CDC.

Durasi sakit akibat HMPV akan bervariasi tergantung tingkat keparahannya, tetapi mirip dengan infeksi saluran pernapasan lain yang disebabkan oleh virus.

Jika seseorang mengalami salah satu dari gejala parah ini, mereka harus mencari pertolongan medis.

Baca juga: Waspada HMPV: Anak dan Lansia Jadi Kelompok Paling Rentan

Cara mencegah infeksi HMPV

Menurut CDC, penularan HMPV bisa dicegah dengan beberapa langkah berikut:

Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik
Menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang belum dicuci
Menghindari kontak dekat dengan orang yang sakit

Untuk orang yang sudah menunjukkan gejala HMPV, disarankan melakukan beberapa langkah ini agar virus dalam tubuh tidak menular ke orang lain:

  • Menutup mulut dan hidung ketika batuk dan bersin
  • Mencuci tangan secara teratur dan benar (yaitu dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik)
  • Menghindari berbagi cangkir dan peralatan makan dengan orang lain
  • Menghindari mencium orang lain
  • Tinggal di rumah selama sakit

Penting juga untuk membersihkan permukaan benda yang mungkin terkontaminasi, seperti gagang pintu dan mainan yang dipakai bersama.

Baca juga: IDI: Gejala HMPV Mirip Flu Biasa, Masyarakat Tidak Perlu Panik

Pengobatan infeksi HMPV

Belum ada terapi antivirus khusus untuk mengobati infeksi virus ini, dan belum tersedia vaksin untuk mencegahnya.

Saat ini, baru tersedia perawatan medis yang bersifat suportif untuk meredakan gejala penyakit akibat HMPV.

Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, MSC, Sp.P (K) mengatakan dalam konferensi pers daring di Jakarta pada Rabu (8/1/2025) mengatakan bahwa penyakit akibat HMPV bisa sembuh dengan sendirinya seperti flu.

Obat yang bisa digunakan untuk mengobati infeksi HMPV, misalnya peredam demam, paracetamol, atau obat pilek, yang mudah didapat di apotek terdekat dari rumah.

Namun, beberapa orang bisa mengalami sakit parah akibat HMPV. Dikutip dari Cleveland Clinic, beberapa cara yang disarankan untuk mengobati infeksi HMPV parah meliputi berikut:

  • Terapi oksigen, di mana Anda akan diberi oksigen tambahan melalui selang di hidung atau berupa masker di wajah;
  • Cairan infus, di mana cairan akan diberikan langsung ke pembuluh darah vena agar Anda tetap terhidrasi;
  • Memberikan kortikosteroid, yang mana bertujuan untuk mengurangi peradangan dan meringankan beberapa gejala HMPV.

Dengan meningkatnya kesadaran dan langkah pencegahan yang tepat, dampak HMPV di Indonesia dapat diminimalkan.

Mengetahui cara mengobati infeksi HMPV juga akan membantu Anda untuk lebih siap menghadapi penyakit akibat virus ini.

Baca juga: Menkes: HMPV di Indonesia Sudah Lama Ada, tapi Masyarakat Jangan Panik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau