KOMPAS.com - Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim dari University of Toronto di Kanada, sepertiga dari wanita dengan ADHD memiliki gangguan kecemasan, dan hampir setengah dari kelompok ini pernah mencoba bunuh diri.
Kondisi ini lebih umum dianggap sebagai masalah anak-anak, namun laporan ini menyarankan untuk memberikan perhatian khusus untuk wanita dewasa dengan ADHD, yang mungkin menderita konsekuensi berat. Sehingga, keparahan ADHD pada wanita dewasa perlu ditangani dan dievaluasi lebih serius.
Dalam penelitian yang dipublikasikan secara online dalam jurnal Child: Care, Health and Development tersebut, peneliti memeriksa sampel yang representatif dari 3908 wanita Kanada berusia 20 sampai 39 tahun, yang telah mengambil bagian dalam Survei Kesehatan Mental 2012 pada Canadian Community Health.
Dari sekian banyak responden, 107 orang melaporkan bahwa mereka telah didiagnosis dengan ADHD.
Meskipun kelompok yang telah didiagnosis dengan ADHD jauh lebih kecil, namun mereka mengalami kondisi kesehatan mental yang cukup tinggi; 46 persen wanita dengan ADHD pernah serius untuk mempertimbangkan bunuh diri, 36 persen memiliki gangguan kecemasan umum.
Sementara itu 31 persen memiliki gangguan depresi utama, dan 39 persen memiliki masalah penyalahgunaan zat berbahaya dalam hidup mereka. Menurut penulis utama studi, Dr. Esme Fuller-Thomson, angka-angka ini "sangatlah tinggi."
ADHD adalah gangguan perilaku yang ditandai oleh sejumlah ciri-ciri seperti kesulitan untuk tetap fokus, sehingga individu dengan kondisi ini sering impulsif dalam melakukan sesuatu dan mudah sekali gelisah.
Misalnya, menurut Medical News Today, orang dengan ADHD merasa lebih sulit untuk mengontrol apa yang mereka lakukan atau katakan, serta kurang mampu untuk mengontrol berapa banyak aktivitas fisik dibandingkan dengan orang tanpa ADHD.
Pada orang dewasa, kondisi ini dapat menyebabkan hubungan tidak stabil, pekerjaan atau kinerja sekolah yang buruk, serta sikap rendah diri.
Pengobatan ADHD pada orang dewasa meliputi pemberian obat, konseling psikologis (psikoterapi), dan juga pengobatan untuk kondisi kesehatan mental yang terjadi bersamaan dengan ADHD.
"Mengingat masalah ini sangat penting, penyedia layanan kesehatan perlu sangat waspada dalam memantau dan merawat pasien wanita dengan ADHD," jelas co-author Senyo Agbeyaka, seorang mahasiswa pascasarjana di University of Toronto, dalam sebuah pernyataan baru-baru ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.