Kompas.com - Balita dan anak usia sekolah amat rentan terserang diare dan infeksi kecacingan. Hasil survei kecacingan oleh Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Departemen Kesehatan tahun 2009 menyebutkan 31,8 persen siswa sekolah dasar mengalami kecacingan. Sementara itu penyakit diare menempati urutan teratas dalam daftar 10 penyakit penyebab rawat inap di rumah sakit di Indonesia.
Diare pada anak dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau parasit, sedangkan diare non-infeksi dapat disebabkan faktor alergi komponen makanan, keracunan, dan malabsorpsi nutrien. Diare bukanlah penyakit, melainkan pertanda adanya sesuatu yang membahayakan dalam saluran cerna anak dan usus akan berusaha mengeluarkan kuman tersebut.
Selain menyebabkan kesakitan dan kematian, diare juga menjadi penyebab utama malnutrisi. Demikian juga halnya dengan infeksi kecacingan yang bisa menyerap habis makanan balita. Akibatnya balita bisa kurang gizi, bahkan bisa menurunkan kecerdasan anak karena anemia.
Padahal, diare dan kecacingan sebenarnya bisa dicegah dengan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Salah satunya dengan menerapkan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun.
Dengan penggunaan yang benar, sabun memiliki efektivitas dalam meluruhkan kuman-kuman penyebab penyakit. Bahkan, menurut penelitian cuci tangan dengan sabun bisa menurunkan risiko diare hingga 47 persen.
Dr.Prijo Sidipraptomo, ketua Ikatan Dokter Indonesia mengungkapkan, pada dasarnya penyakit ditimbulkan oleh empat faktor, yakni lingkungan (30 persen), perilaku (40 persen), genetik atau bawaan (20 persen), dan akses pada tempat kesehatan (10 persen).
"Faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor terbesar dan ini bisa diintervensi. Karena itu IDI saat ini terus menggiatkan upaya untuk mengubah paradigma sakit menjadi paradigma sehat," katanya dalam acara peluncuran Dokter Kecil Award 2011 di Jakarta (20/7).
Dokter kecil merupakansSalah satu upaya yang saat ini sedang giat dilakukan oleh Lifebouy dan juga Ikatan Dokter Indonesia (IDI) adalah merevitalisasi kembali program dokter kecil di sekolah-sekolah.
Anak-anak usia sekolah dasar saat ini mencapai 31 juta siswa. Dengan jumlah yang sangat besar tersebut mereka menjadi penting dan strategis sebagai sasaran maupun pelaksana sosialisasi kesehatan.
"Walaupun mereka masih kecil, tetapi bisa menularkan kebiasaan hidup sehat pada lingkungan di sekitarnya. Program ini juga bisa merangsang anak-anak agar lebih tertarik pada hidup sehat," paparnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.